Abstrak


Revitalisasi Baluwarti Sebagai Cagar Budaya Kota Surakarta


Oleh :
Widyo Wiratmo - K4409061 - Fak. KIP

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan: (1) sejarah Baluwarti di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta, (2) potensi Baluwarti di kawasan Keraton Surakarta, (3) usaha-usaha revitalisasi Baluwarti sebagai cagar budaya di kota Surakarta, (4) hasil dan dampak yang ditimbulkan oleh proses revitalisasi Baluwarti Keraton Surakarta sebagai cagar budaya kota Surakarta. Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif yaitu suatu cara dalam meneliti peristiwa pada masa sekarang dengan menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang tertentu atau perilaku yang dapat diamati dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian ini digunakan strategi studi kasus terpancang tunggal yaitu sasaran yang akan diteliti sudah dibatasi dan ditentukan serta terpusat pada satu lokasi yang mempunyai karakteristik tersendiri. Sumber data yang digunakan adalah sumber benda, tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive dan snowball sampling. Penelitian ini, untuk mencari validitas data digunakan dua teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis yang bergerak diantara tiga komponen yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Baluwarti awalnya bernama baluarte (bahasa Portugis) yang berarti benteng. Letaknya berada pada luar tembok Kedhaton (tembok yang mengelilingi Keraton) dan digunakan sebagai kediaman para pengeran, kerabat keraton, para abdi dalem pria dan wanita. Wilayah ini terdapat dua pintu, yakni Kori Brajanala (Gapit) Utara dan Kori Brajanala (Gapit) Selatan (Kori berarti pintu) yang keduanya dihubungkan dengan jalan yang sejajar dengan tembok Kedhaton. Pada perkembangan setelahnya akhirnya Paku Buwana X memperluas wilayah Baluwarti dengan menambahkan buah pintu butulan yang letaknya di sebelah barat daya dan tenggara. Dan memungkinkan masyarakat Baluwarti dapat dengan bebas berhubungan dengan dunia luar yang ada di luar kompleks Kedhaton. (2) Usaha-usaha untuk merevitalisasi kawasan Baluwarti sebagai cagar budaya kota Surakarta dilakukan oleh berbagai pihak yakni Dinas Tata Ruang Kota Surakarta yang mengacu pada UU Nomor 11 tahun 2010, pihak Keraton Kasunanan Surakarata sebagai pendukung dan masyarakat kawasan Baluwarti sebagai pelaku utama kegiatan revitalisasi (3) Revitalisasi kawasan Baluwarti membawa pengaruh bagi masyarakat Baluwarti, yaitu adanya pengaruh sosial, misalnya menambah hubungan baik antar warga masyarakat dan memberikan rasa ikut memiliki di kalangan masyarakat terhadap warisan budaya yang terdapat di kawasan Baluwarti. Pengaruh dalam bidang ekonomi yaitu mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Baluwarti.