Abstrak
Studi Kasus Konflik Diri Remaja Akibat Penerapan Disiplin Otoriter Orangtua
Oleh :
Sofi Nur Fitria Sahani - G0107088 - Fak. Kedokteran
Individu yang memasuki masa remaja berada dalam masa transisi, yakni perpindahan dari masa anak menuju masa dewasa. Remaja mengalami perubahan perkembangan yang sangat pesat dalam segi kognisi, emosi, dan sosial. Karakteristik perkembangan remaja yang mengalami berbagai perubahan fisik maupun mental yang sangat pesat mengarahkan kebutuhan remaja untuk mendapatkan perlakuan khusus dari orangtua mereka. Remaja membutuhkan kesempatan untuk belajar, yaitu belajar meraih otonomi, kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, mendiskusikan pilihan-pilihan, dan mengambil keputusan-keputusan penting. Namun di sisi lain, kebutuhan pada masa perkembangan remaja yang sangat pesat tersebut bertentangan dengan disiplin otoriter. Keadaan inilah yang menyebabkan remaja mengalami konflik dalam diri mereka.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan memperoleh pemahaman mengenai gambaran dari konflik diri remaja sebagai akibat penerapan disiplin otoriter yang diterapkan oleh orangtua. Subjek penelitian adalah remaja berusia antara 12 sampai dengan 21 tahun dan dengan orangtua yang menerapkan disiplin otoriter. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan disiplin otoriter oleh orangtua mempengaruhi masa perkembangan remaja dan menyebabkan timbulnya konflik diri pada remaja. Adanya disiplin otoriter yang diterapkan pada remaja menyebabkan remaja menjadi pribadi yang tertutup dan tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkan keputusannya sendiri. Hal ini dikarenakan remaja dengan orangtua otoriter tidak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan keputusannya sendiri. Subjek kehilangan kesempatan untuk mengembangkan potensinya secara lebih maksimal. Besarnya tekanan yang diterima oleh subjek juga menyebabkan subjek tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan harapannya sendiri kepada orangtua. Subjek memilih untuk memendam keinginan, pendapat, dan kemarahannya sendiri daripada diharuskan menghadapi kemungkinan untuk mendapatkan konsekuensi apabila mengungkapkannya kepada orangtua, sehingga menimbulkan kegelisahan pada diri subjek. Penerapan disiplin otoriter yang diberlakukan oleh orangtua kepada subjek berpotensi menimbulkan konflik dan perlawanan seorang anak atau sebaliknya akan menimbulkan sikap ketergantungan seorang remaja terhadap orangtua.