Abstrak


Perbedaan Geografi Dialek Jogja Solo: Studi Kasus Isolek Jawa di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten


Oleh :
Wido Hartanto - C0208059 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu 1) Bagaimana identifikasi serta penyebaran isolek di Kecamatan Wedi secara Leksikal dan Fonologis? 2) Bagaimana penghitungan Leksikal dan penghitungan Fonologis isolek Kecamatan Wedi secara dialektometri? 3) Bagaimana penggambaran peta isoglos berdasarkan penyebaran isolek di Kecamatan Wedi? Tujuan penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan wujud penyebaran isolek Kecamatan Wedi secara Leksikal dan Fonologis. 2) Mendeskripsikan penghitungan Leksikal dan Fonologis isolek Kecamatan Wedi secara dialektometri. 3) Mendeskripsikan penggambaran peta garis isoglos berdasarkan penyebaran isolek di Kecamatan Wedi. Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan metode deskriptif dan komparatif. Adanya metode deskriptif membuat peneliti dapat menyajikan fakta kebahasaan yang menyangkut isolek Jawa di Kecamatan Wedi, Klaten. Adanya metode komparatif membuat peneliti dapat memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya. Objek dari penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten yang memiliki isolek Jawa unik. Data penelitian ini berupa tuturan dari penduduk Kecamatan Wedi, Klaten (diambil dengan teknik purposif sampling). Adanya daftar pertanyaan Nothofer membuat peneliti berusaha mendapatkan data kebahasaan yang benar-benar wajar pemakaiannya. Sebanyak 838 gloss atau frasa dan beberapa kalimat dijadikan instrumen untuk menggali data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data dalam studi kasus isolek Jawa di Kecamatan Wedi, Klaten menggunakan metode cakap dan simak (Mahsun, 1995: 94-99). Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan beberapa hal, yakni secara penghitungan dialektometri dan permutasi leksikal diketahui bahwa status terendah adalah beda kosakata dan status tertinggi adalah beda wicara. Berdasarkan penghitungan dialektometri dan permutasi fonologis diketahui bahwa status beda kosakata merupakan status terendah, kemudian diikuti beda wicara, beda subdialek sampai status tertinggi, yakni beda dialek. Hasil dari kedua penghitungan masing-masing tidak menunjukkan adanya status beda bahasa. Artinya masyarakat Wedi, Kabupaten Klaten masih memiliki satu payung bahasa yang sama.