Abstrak


Manajemen Program Revitalisasi Pasar Tradisional Kota Surakarta (Studi Kasus: Revitalisasi Pasar Turisari (Nongko)


Oleh :
Arnita Febta Pramesti - D0110020 - Fak. ISIP

Stigma negatif pasar tradisional yang becek, kumuh, bau, dan tidak nyaman serta menjamurnya jumlah pertokoan modern menyebabkan jumlah pasar tradisional di Indonesia semakin berkurang. Padahal pasar tradisional selama ini menjadi penopang ekonomi kerakyatan. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui program revitalisasi pasar tradisional. Kota Surakarta merupakan kota yang aktif menyelanggarakan program revitalisasi pasar tradisional. Program revitalisasi pasar tradisional di Surakarta tidak sepenuhnya berjalan baik. Beberapa pasar tradisional menemui permasalahan setelah direvitalisasi. Penelitian ini mengkaji tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengkoordinasian, pengawasan) dalam program revitalisasi pasar tradisional di Kota Surakarta dengan mengambil lokasi Pasar Turisari (Nongko) karena di tengah banyaknya permasalahan yang dihadapi pasar hasil revitalisasi, Pasar Turisari (Nongko) setelah direvitalisasi mendapatkan prestasi dalam perlombaan pasar tradisional se-Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan manajemen yang dilakukan DPP dalam program revitalisasi pasar tradisional. Penelitian dilakukan di Kota Surakarta dengan mengambil lokasi Pasar Turisari (Nongko) dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dengan informan yang dipilih secara purposive. Analisis menggunakan analisis data interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen revitalisasi pasar Turisari (Nongko) sudah baik namun perlu dilakukan beberapa perbaikan agar semakin baik ke depannya. Perencanaan dilakukan dengan melibatkan paguyuban dan pedagang pasar. Pengorganisaian disesuaikan dengan tupoksi masing-masing bidang. Penggerakan dilakukan dengan pendampingan, pemberian motivasi, komunikasi formal dan informal. Pengkoordinasian dilakukan secara internal dan eksternal, dalam koordinasi eksternal DPP mengalami kesulitan dalam menyesuaikan jadwal dengan SKPD lain. Pengawasan setelah revitalisasi masih belum maksimal karena pedagang mulai tidak menaati zonasi dan aturan bentuk dasaran, hal tersebut terjadi karena pasca revitalisasi DPP tidak melakukan observasi ke Pasar Turisari (Nongko) dan kurang difungsikannya GKM (Gugus Kendali Mutu).