Abstrak
Soal Cerita Matematika Di Sekolah Dasar: Analisis Dengan Pendekatan Komunikatif (Studi Kasus Di Surakarta Dan Karanganyar)
Oleh :
Sumarwati - T110907007 - Sekolah Pascasarjana
Bagi siswa sekolah dasar (SD), soal cerita dipandang lebih sulit
dibandingkan noncerita sehingga mereka tidak suka pada soal cerita, bahkan pada
pelajaran Matematika. Penyebabnya adalah siswa sering salah merepresetasikan soal
tersebut ke persamaan matematika sehingga hasil hitungan pun salah. Dari berbagai
penelitian diidentifikasi “kunci kegagalan” siswa membuat representasi soal cerita ke
dalam persamaan matematika secara tepat adalah kesulitan memahami bahasanya,
mengingat soal cerita adalah soal matematika yang disampaikan melalui bahasa. Itu
terjadi karena bahasa yang digunakan tidak disesuaikan dengan tingkat kompetensi
berbahasa siswa. Oleh karena itu, penting dilakukan kajian dan pengembangan soal
cerita yang dikaitkan dengan kompetensi berbahasa siswa. Pendekatan berbahasa
seperti itu disebut pendekatan komunikatif, yaitu yang menekankan fungsi bahasa
sebagai sarana komunikasi sehingga pemakaiannya antara lain harus memperhatikan
kompetensi linguistik, sosiolinguistik, dan wacana audien.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) memetakan tipe struktur semantik, struktur
wacana, dan unsur narasi soal cerita dalam buku teks Matematika dan (2)
mengidentifikasi struktur semantik, struktur wacana, dan unsur narasi yang menjadi
sumber kesulitan siswa dalam memahami soal cerita. Selain itu, peneliti juga
mengajukan usulan untuk mengatasi masalah kesulitan pemahaman tersebut dengan
mengadakan model soal cerita yang mengakomodasi kompetensi komunikatif siswa.
Metode yang diterapkan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik
analisis isi dan studi kasus. Yang menjadi sumber data adalah (1) soal cerita dalam
buku teks Matematika dari tiga penerbit serta (2) siswa dan guru kelas 4, 5, dan 6
sekolah dasar di Surakarta dan Karanganyar. Teknik pengumpulan data yang
diterapkan adalah analisis dokumen dan wawancara. Untuk analisis data dilakukan
dengan teknik induksi analitis, komparatif konstan, dan analisis tipologis.
Hasil penelitian meliputi beberapa hal berikut ini. Ditinjau dari struktur
semantiknya, tipe soal cerita dalam buku teks Matematika dapat dibedakan menjadi
16 tipe, yaitu: (1) pada operasi hitung penjumlahan terdapat tipe penggabungan,
penyatuan, perubahan, dan perbandingan, (2) pada operasi hitung pengurangan
tercakup tipe pemindahan, pemisahan, perubahan, dan perbandingan, (3) pada
operasi hitung perkalian terdapat tipe penggandaan, kelipatan, penyamaan, dan
perbandingan, dan (4) pada operasi hitung pembagian terdapat tipe penyebaran,
pengelompokan, penyamaan, dan perbandingan.
Ditinjau dari struktur wacananya, soal cerita dalam buku teks Matenatika
meliputi 6 tipe, yaitu (1) TIPE I adalah wacana soal cerita yang memiliki tiga
komponen (pembuka, peristiwa, dan pertanyaan) secara terpisah dengan urutan linier, (2) TIPE II adalah wacana soal cerita yang memiliki tiga komponen dengan
urutan linier, tetapi ada penggabungan komponen pembuka dan peristiwa, (3) TIPE
III adalah wacana soal cerita yang memiliki tiga komponen dengan urutan linier,
tetapi ada penggabungan komponen peristiwa dan pertanyaan, (4) TIPE IV adalah
wacana soal cerita yang memiliki dua komponen (peristiwa dan pertanyaan) secara
terpisah dengan urutan linier, (5) TIPE V adalah wacana soal cerita yang memiliki
dua komponen (peristiwa dan pertanyaan) yang digabungkan dengan urutan linier,
dan (6) TIPE VI adalah wacana soal cerita yang memiliki tiga atau dua komponen,
baik secara terpisah maupun digabungkan, tetapi urutannya tidak linier.
Ditinjau dari unsur narasinya, tipe soal cerita diklasifikasikan berdasarkan
tema, aktor, dan latarnya. Berdasarkan temanya, soal cerita meliputi tipe soal dengan
(1) subjek/objek konkret dan situasi faktual, (2) subjek/objek konkret dan situasi
hipotetis, (3) subjek/objek abstrak dan situasi faktual, dan (4) subjek/objek abstrak
dan situasi hipotetis. Berdasarkan aktornya, soal cerita meliputi tipe soal (1) dengan
aktor tunggal, (2) dengan multiaktor, dan (3) tanpa aktor. Berdasarkan latarnya, tipe
soal cerita dibedakan menjadi (1) soal dengan latar waktu dan tempat, (2) soal
dengan latar waktu atau tempat, dan (3) soal tanpa latar waktu dan tempat.
Ditinjau dari struktur semantiknya, soal cerita yang sulit dipahami siswa
meliputi soal yang ditandai adanya (1) frase lebih banyak/besar, tetapi menunjuk
operasi hitung pengurangan, (2) beberapa struktur semantik perbandingan, (3) kata
ketinggian yang menunjuk bilangan negatif, dan (4) kata minta, hutang, atau pinjam,
tetapi menunjuk operasi hitung penjumlahan. Ditinjau dari struktur wacananya, soal
yang sulit dipahami siswa adalah soal-soal yang ditandai adanya (1) penggabungan
antarkomponen dan (2) urutan komponen tidak linier. Ditinjau dari unsur narasinya,
soal cerita yang sulit dipahami siswa adalah soal yang ditandai (1) adanya
objek/subjek abstrak dan situasi hipotetis, (2) adanya multiaktor yang tidak memilki
relasi familiar pada struktur semantik perbandingan, dan (3) tidak adanya latar yang
sebenarnya berperan dalam pemecahan soal.
Usulan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan mengadakan ramburambu
model soal cerita yang dikembangkan dengan pendekatan komunikatif.
Artinya, soal cerita disusun dengan memperhatikan struktur semantik, struktur
wacana, dan unsur narasi yang mengakomodasi kompetensi komunikatif siswa.
Model tersebut terbukti dapat mereduksi kesulitan siswa dalam memahami soal
cerita. Dengan demikian, model soal cerita ini lebih mudah dipahami siswa
sehingga mereka dapat membuat persamaan matematika dengan benar daripada soal
konvesional (dari buku teks Matematika).