Abstrak
Dinamika Spasial Ekosistem Gumuk Pasir Terhadap Kerentanan Degradasi Airtanah Di Pesisir Selatan Provinsi Jawa Tengah Dan Daerah Istimewa Yogyakarta
Oleh :
Andi Sungkowo - T630809001 - Sekolah Pascasarjana
Ekosistem gumuk pasir di daerah penelitian, mempunyai karakteristik
bentanglahan yang khas dan menarik serta bernilai manfaat penting dalam aspek ilmiah,
sosial-ekonomi-dan budaya. Nilai manfaat tersebut menjadikan investor (mega proyek)
dan masyarakat melakukan pembangunan dan pengembangan lingkungan binaan.
Fenomena pada gumuk pasir tersebut memperlihatkan dinamika spasial yang berpengaruh
terhadap terjadinya kerentanan degradasi airtanah.
Tujuan penelitian ini adalah: (i). Mengkaji karakteristik dinamika spasial
ekosistem gumuk pasir dan aktivitas sosial budaya masyarakat. (ii). Memprediksi tingkat
kerentanan degradasi airtanah, berdasarkan dinamika spasial ekosistem gumuk pasir dan
aktivitas sosial budaya masyarakat; (iii). Menyusun model pengelolaan lingkungan agar
terjaga ketersediaan airtanah secara berkelanjutan.
Metode penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian survei dan
pemetaan yang bersifat induksi. Adapun aspek kajian adalah kajian kelingkungan dengan
pendekatan geomorfologi dan hidrogeologi. Analisis kerentanan degradasi airtanah
dilakukan terhadap satuan lahan dari hasil overlay peta, kemudian dilakukan evaluasi
dengan menilai klas kerentanan degradasi airtanah berdasarkan hasil perkalian antara
bobot dan harkat.
Hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik dinamika spasial ekosistem gumuk
pasir dan aktivitas sosial budaya masyarakat, diwujudkan dalam bentuk faktor pengontrol
dan faktor pemicu yang mempengaruhi faktor pengontrol.
Faktor pengontrol berupa bentuklahan gumuk pasir berbagai tipe, swale, dataran aluvial,
dan lembah bekas tambang pasir besi. Material penyusun merupakan material pembawa
air (akuifer) dalam kondisi lepas yang tidak padu, terdiri: satuan pasir endapan angin,
satuan pasir krikilan endapan aluvial, satuan lempung endapan swale. Masing-masing
akifer tersebut mempunyai karakteristik yang khas, ditunjukkan oleh kemampuan
konduktivitas dan nilai transmisibilitasnya. Faktor pemicu mempengaruhi faktor
pengontrol sehingga terjadinya kerentanan degradasi airtanah, adalah aktivitas manusia
dalam memanfaatkan lahan. Akibat aktivitas manusia terhadap lahan, berupa : perubahan
kapasitas infiltrasi, imbuhan airtanah, simpanan airtanah tawar, dan indeks kualitas airtanah.
Diketahui terdapat 4 (empat) tingkat/klas kerentanan degradasi airtanah dari 5 (lima) klas
kerentanan yang ditentukan, kerentanan degradasi airtanah klas III dan IV menunjukkan
permasalahan berupa terhambat/terganggunya sistem simpanan airtanah dan terjadinya
pencemaran pengaruh pengolaan lahan pertanian dan limbah domestik (kawasan
permukiman maupun kawasan wisata pantai).
Upaya pengelolaan terhadap terhambat/terganggunya sistem simpanan airtanah dengan
pembuatan sumur resapan air hujan, pengelolaan limbah domestik dengan cara komunal,
sedangkan untuk mengurangi pencemaran oleh pupuk pertanian dengan menggunakan
campuran pupuk kandang dengan tanah liat. Disamping itu diperlukan juga upaya konservasi
pada gumuk pasir yang penutup lahannya sebagai lahan terbuka dan vegetasi alami.