Abstrak


Pembentukan identitas Yogyakarta sebagai kota mural


Oleh :
Ade Puspa Pratama - D0310001 - Fak. ISIP

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan perjalanan komunitas Jogja Mural Forum melakukan aksi mural pada ruang publik di kota Yogyakarta serta mendeskripsikan proses pembentukan mural sebagai identitas kota Yogyakarta. Peneliti menggunakan teori tindakan sosial yang mencakup tindakan rasionalitas instrumen dan tindakan rasionalitas nilai. Teori tersebut pada akhirnya akan melahirkan suatu bentuk tindakan komunikatif sebagaimana telah dikupas oleh Jurgen Habermas. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 8 informan kunci yang terdiri dari kategori seniman lama dan seniman baru serta 4 komunitas mural di Yogyakarta, yakni Sign Art, Here-Here, Love Hate Love, dan TMT. Teknik analisis menggunakan analisis data model interaktif dan untuk menguji validitas datanya digunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembentukan identitas Yogyakarta sebagai kota mural sebagai berikut : 1. Maraknya kapitalisme berupa iklan yang berbentuk poster, baliho, dan reklame yang pada akhirnya mengakibatkan kekhawatiran seniman akan rupa kota Yogyakarta. 2. Kekhawatiran tersebut mengakibatkan terbentuknya berbagai jenis seni jalanan yang timbul sebagai upaya perlawanan terhadap pasar kapitalisme yang kini terlihat semakin memenuhi isi kota Yogyakarta. 3. Salah satu upaya perlawanan yang ditunjukkan dalam seni jalanan tersebut adalah mural. Mural di kota Yogyakarta diprakarsai oleh seniman kondang, SI melalui proyek pertamanya yang berjudul Apotik Komik pada tahun 1997. 4. Proyek mural terus berkembang dan berlangsung dengan mengajak warga kota Yogyakarta untuk terlibat langsung dalam kegiatan mural. Dimulai dari mural kampung yang bertujuan untuk menunjukkan identitas masing-masing kampung. 5. Hingga kini kota Yogyakarta menjadi penuh dengan mural. Sehingga banyak yang menyebutnya sebagai kota mural. Kata Kunci : mural, Jogja Mural Forum, identitas kota The purpose of this study is to describe the journey of Jogja Mural Forum community where they held a mural in a public space in the city of Yogyakarta and describe the process of the formation of a mural as the identity of the city of Yogyakarta. Researchers using the theory of social action that includes instrumental rationality of action and value rationality of action. The theory will eventually give birth to form a communicative action as noted by Jurgen Habermas. The method used is a qualitative method with phenomenological approach. Data was collected by in-depth interviews and observation. While sampling technique using purposive sampling, key informants were 8 categories of artists consisting of old and new artists as well as four community murals in Yogyakarta, namely Sign Art, Here-Here, Love Hate Love, and TMT. The analysis method using an interactive model of data analysis and to test the validity of the data the researcher used triangulation. The results showed that the process of the identity formation of the city of Yogyakarta as the mural as follows : 1. Rise of capitalism in the form of advertisements in the form of posters, billboards, and advertising that ultimately will lead to concerns such artists Yogyakarta. 2. The concerns of these artists resulted in the formation of various types of street art that arises as a resistance against capitalism market, which now looks increasingly fill the contents of the city of Yogyakarta. 3. One effort that demonstrated resistance in the street art is a mural. Mural in the city of Yogyakarta initiated by famous artists, SI through his first project entitled Apotik Komik in 1997. 4. Mural project continues to grow and then take place to invite the citizens of the city of Yogyakarta to be directly involved in the activities of the mural. Starting from the village mural that aims to show the identity of each village. 5. Until now, the city of Yogyakarta be filled with murals. Until now, many people refer to the city of Yogyakarta as a mural city. Keywords: murals, Jogja Mural Forum, identity of the city