Abstrak


Simulasi Prediksi Pola Tata Tanam Di Das Tirtomoyo Berdasarkan Neraca Air


Oleh :
Ferry Dirgantoro Nw - I1111034 - Fak. Teknik

ABSTRAK Ferry Dirgantoro NW, 2014, Simulasi Prediksi Pola Tata Tanam Di DAS Tirtomoyo Berdasarkan Neraca Air, Skripsi, Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Kecamatan Tirtomoyo ini memiliki berbagai macam lahan potensial khususnya dalam bidang pertanian. Penggunaan lahan yang paling dominan di daerah ini adalah tegalan, yaitu seluas 10.783 Ha (47%). Sedangkan penggunaan lahan untuk hutan hanya 106 Ha (1%) yang mayoritas daerahnya memiliki kemiringan sebesar > 25 %. Hampir di sebagian besar wilayah Wonogiri memiliki tanah dengan jenis kapur dan banyak ditumbuhi pohon jati, padahal tanah dengan jenis ini beserta pohon jati tidak dapat menyerap air dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan simulasi prediksi pola tanam di DAS Tirtomoyo berdasarkan neraca air yaitu dengan Metode Thornthwaite. Dengan metode ini akan diketahui kapan adanya kelebihan air (surplus) dan kekurangan air (defisit). Setelah diketahui, penelitian ini bisa diaplikasikan untuk dibuat prediksi pola tanam di DAS Tirtomoyo dan disimulasikan dengan DAS-DAS lain di sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data dari sumber atau instansi terkait sehingga penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa pada pola tanam simulasi didapat surplus sebesar 13,00 m3/dt pada bulan Januari dengan kebutuhan air sebesar 5,32 m3/dt dan ketersediaan air sebesar 18,26 m3/dt. Sedangkan pada pola tanam eksisting (pemerintah) didapat defisit sebesar -149,20 m3/dt pada bulan November dengan kebutuhan air sebesar 7,17 m3/dt dan ketersediaan air sebesar -142,03 m3/dt. Jika membandingkan antara perhitungan neraca air eksisting pemerintah dengan neraca air simulasi, neraca air simulasi adalah yang paling baik. Sesuai dengan grafik pola tanam, pada bulan Februari terdapat ketersediaan air yang melimpah sehingga cocok digunakan untuk penanaman padi dan bulan Oktober digunakan untuk penanaman palawija. Sedangkan pada grafik pola tanam eksisting (pemerintah) menurut kalender tanam, penanaman padi dilakukan pada bulan November padahal pada bulan tersebut kurang cocok untuk penanaman padi karena kurangnya ketersediaan air. Untuk penanaman palawija dilaksanakan pada bulan Maret karena pada bulan tersebut ketersediaan air sangat melimpah. Semakin besar luasan tanam, semakin banyak pula kebutuhan air tanamnya.