Abstrak


Model Penelusuran Banjir Pada Sungai Dengkeng dengan Metode Gabungan O'donnel dan Muskingum-Cunge dan Metode Muskingum Extended


Oleh :
Maria Anisa Naulita - I0110075 - Fak. Teknik

Maria Anisa Naulita, Sobriyah dan Siti Qomariyah, 2014. Model Penelusuran Banjir Pada Sungai Dengkeng Dengan Menggunkan Metode Gabungan Muskingum Cunge-O’donnel dan Muskingum Extended. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Model penelusuran banjir dimaksudkan untuk mengetahui hidrograf aliran di suatu lokasi sungai. Data yang dibutuhkan pada penelusuran banjir metode Muskingum adalah hidrograf aliran di hulu dan hilir. Data tersebut digunakan untuk mengestimasi parameter penelusuran. Permasalahan yang muncul adalah ketidaktersediaan data hidrograf terukur di hulu dan hilir, serta metode ini tidak memperhitungkan adanya aliran lateral. Model penelusuran banjir yang memperhitungkan adanya aliran lateral adalah model penelusuran banjir dengan menggunakan Metode Gabungan O’Donnel dan Muskingum-Cunge dan Muskingum Extended. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hidrograf aliran hasil simulasi dengan pengamatan menggunakan kedua metode tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Analisis dilakukan dengan Metode Gabungan O’Donnel dan Muskingum-Cunge dan Muskingum Extended. Higrograf aliran di hulu diestimasikan dengan cara HSS Gama I. Lokasi penelitian ini adalah pada Daerah Aliran Sungai Dengkeng di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam analisis diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Surakarta, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) dan Perum Jasa Tirta 1 Surakarta. Hasil kesesuaian model penelusuran banjir Metode Gabungan O’Donnel dan Muskingum-Cunge dengan data hasil pengamatan pada tanggal 1 Mei 2011 adalah ?Qp=27,79%; ?V=59,20% dan ?tc=22,22% sedangkan pada 20 Desember 2011 sebesar ?Qp=2,82%; ?V=69,58%; ?tc=25%. Hasil kesesuaian model penelusuran banjir dengan metode Muskingum Extended pada tanggal 1 Mei 2011 adalah sebesar ?Qp=20,86%; ?V=15,71%; dan ?tc=62,5% sedangkan pada 20 Desember 2011 sebesar ?Qp=4,49%; ?V=67,52%; dan ?tc= 11,11%. Berdasarkan data yang ada, kedua metode tidak disarankan untuk diterapkan pada DAS Dengkeng karena hidrograf hasil simulasi dengan kedua metode tersebut memiliki perbedaan karakteristik yang sangat signifikan dengan hidrograf terukur hasil pengamatan. Kata kunci : Penelusuran banjir, Sungai Dengkeng, kesesuaian model.