Abstrak


Pemberdayaan Difabel Dalam Upaya Peningkatan Kesejahtraan Sosial Hidupnya Melalui Programself Help Group (Shg) Surakarta


Oleh :
Dimas Dwi Permana - D3207003 - Fak. ISIP

Kaum difabel dari segi kuantitas merupakan kelompok minoritas perbedaan fisik dan mental membuat mereka kesulitan untuk berkembang maka dari itu program pemberdayaan untuk para difabel perlu dilakukan. Tujuan penelitian dan penulisan ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan pemberdayaan difabel dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial difabel melalui program Self Help Grup Surakarta (SHG Solo). Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif dan Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi langsung, dan dokumentasi visual berupa foto. Sedangkan pengambilan sampel dari penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling berguna untuk menentukan sampel untuk tujuan tertentu saja yang mempunyai hubungan erat dengan ciri-ciri populasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan teori aksi
Hasil dari penelitian ini Kelompok difabel merupakan kelompok yang renta terhadap kemiskinan salah satu faktor yang menghambat mereka adalah kurangnya perhatian dari pemerintah khususnya dalam memudahkan mereka untuk mengakses fasilitas umum, kesulitan dalam mencari modal karena sulit mendapat pinjaman dari bank hal ini di karenakan karena pihak perbankan tidak mempercayai kelompok difabel ini bahwa mereka mampu berkarya dan berusaha seperti orang pada umumnya.
Pemberdayaan difabel melalui program program yang di upayakan SHG ( Solo) untuk mencapai kesejahteraan sosial hidup difabel adalah dengan mendorong mereka untuk menggali kemampuan yang mereka punya kemudian di perdalam oleh petugas lapangan untuk mematangkan keterampilan tersebut agar dapat menjadi modal mereka untuk membangun usaha mereka sendiri, karena berwirausaha saat ini menjadi pilihan yang tepat untuk membangun perekonomian mereka, untuk masuk dalam perusahaan-perusahaan mereka masih di pandang sebelah mata dan di anggap kurang mampu daripada masyarakat normal pada umumnya. Dalam program SHG (Solo) yaitu motivasi, bimbingan spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial ,kegiatan ekonomi produktif dan pengadaan koprasi simpan pinjam hanya mampu membuat mereka memenuhi kehidupan Ekonomi dan rohani saja, sedangkan kebutuhan sosial belum semuanya terpenuhi. Kesejahteraan sosial adalah dimana kebutuhan jasmani , rohani dan sosial terpenuhi, dalam hal ini kesejahteraan sosial yang di upayakan belum bisa terpenuhi karena difabel masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sosial mereka, dari factor-faktor penghambat pelaksanaan program di situ jelas bahwa pendidikan, kesehatan dan akses umum belum terpenuhi secara maksimal

The empowerment of the disabled in the attempt of improving his/her Social Life Welfare through Self-Help Group (SHG) of Surakarta.
The disabled from quantity aspect is the minority group. Physical and mental difference makes them develop difficultly; for that reason, the disabled empowerment program should be conducted. The objective of research and writing was to describe the implementation of disabled empowerment in the attempt of improving his/her Social Life Welfare through Self-Help Group (SHG) of Surakarta (SHG Solo). This research employed a descriptive qualitative method and techniques of collecting data used in this research were in-depth interview, direct observation, and visual documentation in the form of photograph. Meanwhile the sample of research was taken using purposive sampling technique useful to determine the sample for only certain purpose closely related to the population characteristics. The data analysis used was an interactive analysis including data reduction, data display, and conclusion drawing. This research used action theory.
The result of research showed that the disabled group was the one vulnerable to poverty. The factors inhibiting them were, among others, the governments’ inadequate attention particularly to facilitating them to access the public facility, the difficulty of looking for capital because it was difficult for them to get loan from the bank as the bank did not believe that this disabled group could work and make business like common people.
The disabled empowerment programs attempted by SHG (Solo) in order to achieve their social life welfare were to motivate them to explore the abilities they have to be deepened by the field officer in order to ripen it to become their capital of building their own business, because being entrepreneur was the appropriate choice to build their economy, while entering into companies, they were still underestimated and considered as less capable than the normal community. In SHG (solo) program, motivation, spiritual counseling, physical counseling, social counseling, economic productive activity and save-loan cooperative provision could help them meet their economic and spiritual need, while social need had not been met completely. Social welfare is some condition in which physical, spiritual, and social needs have been met; but in this case, the social welfare attempted had not been met because the disabled still met it difficultly. From the inhibiting factors in the program implementation, it could be seen clearly that education, health and public access had not been met maximally.