Abstrak


Nasionalisme dalam novel (Analisis Wacana Tentang Nasionalisme dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer)


Oleh :
Yusuf Hidayatullah - D1210088 - Fak. ISIP

Karya sastra sebagai sarana komunikasi massa memegang peranan penting dalam sejarah perjalanan kehidupan bangsa Indonesia. Karya sastra bukan semata-mata imajinasi. Dalam karya sastra melalui unsur-unsurnya yang diungkapkan melalui teks dapat digali berbagai masalah yang berkaitan dengan kehidupan manusia, khususnya masalah tentang nasionalisme yang dibahas dalam penelitian ini. Kajian melalui karya sastra dapat memberikan pemahaman yang berbeda dari ilmu pengetahuan pada umumnya, dalam artian disini pembaca sebagai komunikan membuat proses pemahaman sendiri terhadap apa yang yang disampaikan oleh komunikator yaitu pengarang, karena karya sastra khususnya novel bukan semata-mata imajinasi pengarang, melainkan imajinasi yang juga diimajinasikan oleh orang lain, yaitu pembaca atau komunikan.
Dalam penelitian ini Pramoedya menuangkan berbagai macam pemikirannya, salah satunya adalah masalah tentang nasionalisme, wacana tentang nasionalisme dalam Bumi Manusia dibedah oleh penulis dengan menggunakan teori wacana dari M.A.K. Halliday, dari sini penulis sebagai komunikan dapat melihat lebih dalam tentang wacana nasionalisme yang ada dalam Bumi Manusia baik secara teks maupun konteksnya melalui medan wacana, pelibat wacana, dan mode wacana.
Benang merah atau keterkaitan yang menghubungkan dari tiga aspek wacana nasionalisme yang ada dalam Bumi Manusia adalah, bahwa disini komunikator atau pengarang yaitu Pramoedya sebagai seorang sastrawan memperlihatkan konsistensinya dalam menuangkan pemikirannya terkait nasionalisme dalam karangannya. Dari konsistensi tersebut akan dapat menjadi satu media pembelajaran kepada pembaca atau komunikator, untuk mempelajari dan mengetahui pentingnya nasionalisme bagi suatu bangsa dari sebuah novel.
Penggunaan metode analisis wacana model M.A.K. Halliday, tidak hanya melihat bahasa (baik lisan maupun tulisan) dari sisi teks saja, tetapi melihat juga dari sisi konteks situasinya, dimana konteks situasi membantu peneliti untuk melihat lingkungan dari penggunaan bahasa dari bahan yang akan diteliti. Konteks situasi sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu: medan wacana, pelibat wacana, dan mode wacana. Melalui medan wacana para peneliti akan dapat melihat situasi seting lokasi yang dapat menggambarkan nuansa seperti apa yang diinginkan oleh pengarang, disambungkan dengan pelibat wacana, menambah gambaran siapa saja partisipan yang terlibat dalam satu seting teks yang sedang berlangsung, dan mode wacana memperlihatkan bahasa dalam situasi tersebut untuk mengetahui kedudukannya dan melihat fungsinya dalam konteks. Dari tiga aspek tersebut akan semakin
memudahkan peneliti untuk melihat lebih dalam arti dari sebuah konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah:
Secara substansi Bumi Manusia telah menyuguhkan kekayaan dalam wacana nasionalisme, Pramoedya sebagai pengarang memperlihatkan pemikirannya tentang wacana nasionalisme di Bumi Manusia dengan sangat beragam dan konsisten, baik wacana nasionalisme dari segi konsep, cara berpikir, maupun tindakan. (1) Dari segi konsep nasionalisme dalam Bumi Manusia, pengarang menyuguhkan terhadap para pembaca atau komunikan untuk mendalami bahwa nasionalisme di Indonesia tidak boleh terlalu membanggakan kepentingan daerahnya sendiri, karena hal tersebut hanya akan menimbulkan perpecahan dari suatu bangsa yang terdiri dari beraneka ragam suku, ras, bahasa, agama, dan adat istiadat ini, setiap individu haruslah mengutamakan kepentingan bangsanya daripada kepentingan daerahnya. (2) Sedangkan dari cara berpikir nasionalisme, pengarang menggambarkan bahwa seorang nasionalis itu timbul dari masing-masing individu yang sadar dalam menghadapi kepentingan bangsa dan tanah airnya. Cara berpikir nasional merupakan moral dalam kehidupan nasionalis, oleh karena itu cara berpikir nasionalis adalah jalan yang harus dianut untuk mencapai cita-cita yang dituju, yakni kebahagiaan bangsa dan tanah airnya. (3) Dari konsep nasionalisme dan cara berpikir nasional akan timbul tindakan untuk kepentingan nasional itu sendiri, dimana seorang mampu bekerja demi kebahagiaan bangsa dan tanah airnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, dimana hal ini adalah mengajarkan terhadap komunikan atau para pembaca untuk berbuat baik, karena segala konsep, cara berpikir dan tindakan yang menguntungkan dan memajukan kehidupan bangsa dan tanah air merupakan sesuatu yang baik.