Abstrak


Geografi Dialek Bahasa Melayu di Daerah Aliran Sungai Sambas dan Mempawah Kalimantan Barat


Oleh :
Patriantoro - T111008005 - Sekolah Pascasarjana

Penelitian “Geografi Dialek Bahasa Melayu di Daerah Aliran Sungai Sambas dan Mempawah Kalimantan Barat” ini, terutama untuk mendeskripsikan dialek-dialek bahasa Melayu di daerah aliran sungai Sambas dan Mempawah. Penelitian terdahulu menyatakan daerah hulu sungai Sambas dan Mempawah sebagai daerah pemakai bahasa Dayak. Pernyataan ini perlu dibuktikan. Penelitian ini sebagai jawaban atas keraguan pernyataan itu.
Penelitian ini secara deskriptif kuantitatif mengkaji pemetaan bahasa secara fonologis dan secara leksikal. Secara deskriptif kualitatif merekonstruksi secara induktif fonem dan afiks BMDASM < BMDASSMprabahasa;rekontruksi secara deduktifrefleksi fonem dan afiks BMDASSMP> BMDASSM, refleksi fonem PAN (Dyen, Dempwolf, Blust) > BMDASSMP > BMDASSM, refleksi afiks BMDASSMP > BMDASSM, refleksi afiks PM > BMDASSMP > BMDASSM, refleksi leksikal PAN (Dyen) > BMDASSM menjadi relik atau inovasi.Adapun tujuan penelitian ini untuk (1) mendeskripsikan variasi bahasa secara fonologis dan leksikal, pemetaan secara fonologis dan leksikal; (2) membuktikan daerah hulu DASSM sebagai daerah pemakaian bahasa Dayak atau Melayu; (3) membuat berkas isoglos secara fonologis dan leksikal; (4) merekonstruksi fonem dan afiks secara induktif untuk mencari fonem dan afiks prabahasa, dan rekonstruksi deduktif untuk mengetahui refleksi fonem BMDASSMP, PAN (Dyen, Dempwolf, Blust); refleksi afiks BMDASSMP, PM (Adelaar); refleksi leksikal PAN (Dyen) menjadi relik atau inovasi; inovasi ada dua yaitu inovasi internal dan inovasi eksernal; (5) Persebaran relik dan inovasi (afik dan leksikal); (6) Daerah konservatif dan daerah inovasi.
Secara teoretis untuk menyelesaikan permasalahan pemetaan bahasa ini mengacu pada konsep geografi dialek sebagai disiplin ilmu yang bersifat kuantitatif. Metode dialektometri dimanfaatkan untuk mengupas pemetaan secara fonologis dan secara leksikal. Permasalahan rekonstruksi induktif(fonem, afiks) dan rekonstruksi deduktif refleksi fonem, afiks, leksikal mengacu pada konsep linguistik historis komparatifsebagai ilmu yang mengkomparasikan bahasa dari waktu yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan 3 metode: (1) metode pengumpulan data, (2) metode analisis data, dan (3) metode penyajian hasil analisis data. Pertama, metode pengumpulan data menggunakan metode cakap dengan menggunakan teknik pancing dengan percakapan langsung. Teknik pancing dapat disejajarkan dengan teknik wawancara mendalam. Sumber data yaitu penutur asli dan dialog. Data berupa katadan frasa bahasa Melayu DASSM. Kedua, metode analisis data yang digunakan ada 2 yaitu (1) metode komparatif sinkronis, (2) metode komparatif diakronis. Metode komparatif sinkronis digunakan untuk analisis fonem dengan menggunakan teknik pasangan minimal; digunakan untuk analisis perbedaan fonologis dan perbedaan leksikal dengan menggunakan rumus dialektometri. Metode komparatif diakronis digunakan untuk rekonstruksi induktif dan rekonstruksi deduktif. Rekonstruksi induktif dengan teknik bottom up reconstruction untuk merekonstruksi fonem dan afiks BMDASSM Prabahasa. Rekonstruksi deduktif dengan teknik top down reconstruction untuk mengetahui refleksi fonem (BMDASSMP, PAN), refleksi afiks (BMDASSMP, PM), dan refleksi leksikal PAN menjadi relik atau inovasi. Ketiga, metode penyajian hasil analisis data (1) metode penyajian formal dan (2) metode penyajian informal. Metode penyajian formal perumusan dengan tanda dan lambang. Metode penyajian informal perumusan dengan kata-kata biasa.
Hasil penelitian ini meliputi: (1) variasi fonologis ditemukan 62 korespondensi dan variasi bunyi; pemetaan secara fonologis BMDASSM ditemukan 2 dialek yaitu dialek Sambas TP 4 dan TP 7 Mempawah; pemetaan secara leksikal ditemukan 3 dialek yaitu dialekTP 1 (Seluas) TP 4(Sambas) dan dialek TP 7(Mempawah). (2) Daerah hulu DASSM yang oleh peneliti terdahulu dimasukkan sebagai daerah bahasa Dayak, sekarang merupakan daerah bahasa Melayu; (3) deskripsi berkas isoglos secara fonologis dan leksikal.(3) Rekonstruksi fonem BMDASSMP menemukan 27 fonem prabahasa: *a, *i, *u, *e, *o, *? ,*b, *c, *d, *f, *g, *h, *j, *k, *x, *?, *l, *m, *n, *?,*?, *p, *?, *s, *t, *w, *y; refleksi fonem vokal dan konsonan BMDASSMP > BMDASSM menjadi relik yaitu fonem a, i, u, e, o, ? ,b , c, d, f, g, h, j, k, x, ?, l, m, n, ?, ?, p, ?, s, t, w, y; refleksi fonem vokal dan konsonan BMDASSMP > BMDASSM menjadi inovasi (inovasi internal) yaitu fonem *a> ?, e, ø, *u> o, *i > e , *o> u, *?> a, e, i, *b> m, *d> d?, j, *j> j?, d, *g> g?, j, *h> ?, ø, *k> g, t, *?> ?, *l > ?, ø,*m> m?, *n> n?, ?, *p> p?, *?> r, r?, *t> ?, ø, *ø> a, b, h, n; refleksi fonem vokal dan konsonan PAN (Dyen, Dempwolf, Blust) > BMDASSMP > DBMDASSM menjadi relik yaitu fonem i, u, e,a,b, p, t, d, g, k, h, s, m, n, ?, ?, l, ?, r, y dan fonem yang direfleksikan bukan relik yaitu fonem ?, j, c, C, D, z, Z, q, ?, w; refleksi fonem vokal PAN (Dyen, Dempwolf, Blust) > BMDASSMP > DBMDASSM menjadi inovasi yaitu fonem*i > *e > e, ?; *u > *o > o; *e > *? > ?, i, a; *a > *? > ?, e; *é > *a > a; refleksi fonem konsonan PAN (Dyen, Dempwolf, Blust) > BMDASSMP > DBMDASSM menjadi inovasi yaitu fonem *b > *w > w; *p > *m > m; *t > *? > ?; *j > *d > d; *j > *t > t; *C > *t > t; *k > *? > ?; *d > *t > t; *D > *d > d; *z > *j > j; *Z > *j > j; *? > *ø > ø, *? > *m > m; *q > *ø > ø; *q > *h > h; *h > *ø > ø; *?> *ø > ø; *m > *n > n; *n > *t > t; *? > *r > r; *? > *? > ?, r; *r > *? > ?; *w > *h > h, ø; *w > *ø > ø; *w > *u > u; *y > *i > i; fonem yang tidak mengalami inovasi *c, *g, *s, *?, *l; rekonstruksi induktif prefiks BMDASSMP menemukan prefik prabahasa *m?N (*m?-, *m?m-, *m?n-, *m??-, *m??-); prefiks prabahasa *b?-; prefiks prabahasa *t?-; refleksi sufiks BMDASSMP menemukan sufiks prabahasa *-an;refleksi prefiks BMDASSMP > BMDASSM menjadi inovasi (inovasi internal) *m?N- > N- (m-, n-, ?-, ?-); *b?-> b??-, *t?- > t??-; refleksi prefiks PM *mAN- > BMDASSMP *m?N- > DBMDASSM menjadi inovasi (inovasi eksternal) m?N- dan N-; rekonstruksi sufiks penanda verba PM *mA?- > BMDASSMP *b?- > DBMDASSM b?- dan b??-;rekonstruksi sufiks penanda verba PM *tA?- > BMDASSMP *t?- > DBMDASSM t?- dan t??-; rekonstruksi leksikal PAN (Dyen) > DBMDASSM direfleksikan menjadi relik dan inovasi; rekonstruksi leksikal PAN (Dyen) > DBMDASSM yang refleksinya menjadi inovasi berupa dissimilasi, metatesis, pelesapan bunyi, penambahan bunyi, dan lenisi. (4) Persebaran relik dan inovasi (inovasi eksternal), prefik PM *mAN-, *mA?-, *tA?- direfleksikan menjadi inovasi eksternal;refleksi sufiks PM*-an menjadi relik; persebaran relik leksikal terbanyak di TP 5 (Karangan) dan persebaran relik terendah di TP 4 (Sambas). Persebaran inovasi leksikal tertinggi di TP 6 (Menjalin). (5) Daerah konservatif berada di TP 5 (Karangan) dan daerah inovasi di TP 6 (Menjalin).Alasan TP 5 (Karangan) sebagai daerah konservatif dilihat dari sisisejarah, jauh dari pusat budaya, jauh dari pusat pemerintahan, daerah pertanian yang kurang subur. Alasan TP 6 (Menjalin) daerah inovasi jauh dari pusat pemerintahan, jauh dari pusat budaya, masyarakat minoritas.
Kata Kunci: geografi dialek, rekonstruksi, relik, dan inovasi.