ABSTRAK Perkebunan Tebu Di Mangkunegaran (Studi Sejarah Sosial Ekonomi Awal Abad XX). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, 2006. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : (1) latar belakang munculnya perkebunan tebu di Mangkunegaran, (2) perkembangan perkebunan tebu di Mangkunegaran, (3)pengaruh perkebunan tebu terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode historis. Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode historis ada empat tahap kegiatan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis yang meliputi arsip-arsip Mangkunegaran, Rijksblaad dan buku-buku yang relevan dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka. Analisis data yang digunakan adalah analisis historis yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasikan fakta sejarah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Latar belakang munculnya perkebunan tebu di Mangkunegaran, yaitu kondisi geografis daerah Mangkunegaran yang terletak di dataran rendah yang terpengaruh zat-zat vulkanis dari pegunungan Sewu dan Lawu yang cocok untuk lahan perkebunan meskipun terbatas di daerah tertentu terutama di Kota Mangkunegaran, kedekatan para pemimpin praja Mangkunegaran dengan pemerintahan kolonial. (2) Perkembangan perkebunan tebu di Mangkunegaran dimulai pada masa Mangkunegara IV (1853-1881). Saat itu telah didirikan perusahaan-perusahaan gula antara lain Tasikmadu (1861) dan Colomadu (1871). Pada masa akhir abad XIX, dapat dikatakan sebagai masa pertumbuhan perkebunan tebu di Mangkunegaran. Dalam masa ini ditandai dengan tingkat produksi yang kurang menonjol, apalagi akibat timbulnya krisis ekonomi 1885. Selanjutnya sejak awal abad XX perkembangan yang cukup tinggi hingga 1930-an. Tetapi dengan timbulnya krisis ekonomi di sekitar 1930-an itu juga, perkebunan tebu mulai goyah, yang kemudian disongsong berakhirnya kolonialisme Belanda dan datangnya Jepang (1942), yang mulai menekankan penanaman padi, kapas, dan jarak untuk kepentingan perang. (3) Secara sosial-ekonomi, perkebunan tebu di Mangkunegaran tersebut berpengaruh besar sekali terhadap kehidupan masyarakat. Tingkat pendapatan mereka relatif kecil yang hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan subsisten. Akibat kondisi hidup yang buruk itu sering menimbulkan gerakan sosial dalam masyarakat. Di daerah Mangkunegaran, gerakan sosial yang timbul berupa gerakan mesianisme,misalnya gerakan Srikaton (1888), dan peristiwa Tambakmerang di Wonogiri (1935).