Kebijakan pemerintah selalu mendapat tempat di halaman surat kabar. Terlebih lagi, jika kebijakan tersebut berpretensi menimbulkan gejolak dan memunculkan polemik di masyarakat. Secara reguler, kebijakan tersebut akan mewarnai pemberitaan surat kabar. Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Isu ini berhembus di awal tahun 2006 bersamaan dengan kebijakan impor beras. Pada awal kemunculannya, isu ini di latarbelakangi terjadinya defisit yang merongrong PLN. Namun wacana berkembang dengan memunculkan bahwa kebijakan ini tidak seharusnya diterapkan mengingat kondisi masyarakat masih belum pulih pasca kenaikan harga BBM tahun 2005. Sama halnya dengan kebijakan pemerintah lainnya, seperti kenaikan harga BBM, isu ini juga menuai kecaman dari berbagai pihak, mulai dari kalangan grass root sampai pada level legislatif. Realitas ini kemudian menjadi tema pemberitaan media massa. Dampaknya sangat luas di masyarakat. Sejak diberitakan di media massa, isu ini menjadi isu yang diperbincangkan dalam masyarakat. Isu ini telah menggerakkan mahasiswa untuk turun ke jalan menentang kebijakan tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana kecenderungan pemberitaan media berkenaan dengan rencana kenaikan TDL sehingga bisa mempengaruhi terbentuknya sikap masyarakat (pembaca). Dalam hal ini, media yang diteliti adalah Kompas, khususnya di sini, Kompas dipilih karena secara materi, muatan isi Kompas sangat mendalam. Dalam memberitakan sebuah kebijakan atau suatu peristiwa, Kompas tidak hanya sekedar mem-parafrase-kan apa yang diungkapkan oleh narasumber Kompas, tetapi juga disertai dengan ulasan yang mendalam dan komprehensif yang menampilkan perspektif atau cara pandang Kompas. Dengan demikian, sangat besar kemungkinan wacana berkembang seiring dengan cara pandang atau perspektif yang berbeda. Sebagai alat untuk menganalisis pemberitaan Kompas tentang rencana kenaikan TDL, peneliti menggunakan analisis framing. Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana media memaknai, memahami dan membingkai realitas. Bagaimana kemudian bingkai Kompas tentang rencana kenaikan TDL dimaknai oleh pembaca Kompas, maka penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu analisis terhadap pemberitaan Kompas (frame media) untuk mengidentifikasi unit-unit tematik pemberitaan Kompas. Kedua, analisis terhadap persepsi publik (frame individu) untuk memeriksa bagaimana frame media berinteraksi dengan pengalaman individu untuk memahami atau menginterpretasi pesan yang disampaikan media. Hasil analisis terhadap frame media menunjukkan, Kompas memaknai rencana kenaikan TDL sebagai sebuah kebijakan yang kontroversial. Dalam hal ini, Kompas menolak kenaikan TDL dengan memberikan ulasan tentang berbagai dampak yang akan diterima masyarakat dengan kenaikan TDL. Unit-uit tematik yang dipakai Kompas dalam pemberitaan antara lain leksikon, metafora, pengandaian dan grafis (gambar dan tabel). Sementara hasil analisis terhadap frame individu menghasilkan suatu kecenderungan bahwa publik juga menolak kenaikan TDL. Hasil analisis terhadap frame individu tersebut kemudian diperbandingkan dan menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa frame individu tidak selalu sejalan dengan frame media. Kesimpulan ini didapat dari hasil wawancara dengan para informan. Meskipun secara umum publik menolak kenaikan TDL, akan tetapi substansi persoalan yang disampaikan informan berbeda dengan wacana yang disediakan oleh Kompas. Individu tidak mempunyai sikap yang sama dengan wacana yang disediakan media tentang kenaikan TDL. Dengan demikian, bagaimana publik menyikapi rencana kenaikan TDL merupakan hasil negoisasi antara wacana yang disediakan Kompas dengan kerangka pikir masing-masing individu. Penelitian ini mempunyai kelemahan, di antaranya tidak bisa menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi peneguhan kerangka pikir individu ketika mendapat terpaan berita rencana kenaikan TDL Kompas. Penelitian ini hanya sebatas melihat keterkaitan antara frame media dan frame individu.