Abstrak


Penggunaan Tingkat Tutur Bahasa Jawa Ngoko dan Krama pada Ranah Keluarga dan Masyarakat di Kota Semarang dan Kota Pekalongan.


Oleh :
M. Suryadi - T110306001 - Sekolah Pascasarjana

M. Suryadi. T110306001. 2013. Penggunaan Tingkat Tutur Bahasa Jawa Ngoko dan Krama pada Ranah Keluarga dan Masyarakat di Kota Semarang dan Kota Pekalongan. DISERTASI. Promotor: Prof. Dr. H. D. Edi Subroto. Kopromotor: Dr. Sri Marmato, M.Hum. Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keadaan sebenarnya penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa ngoko dan krama pada ranah keluarga dan masyarakat di Kota Semarang dan Kota Pekalongan. Tujuan yang lebih rinci adalah untuk mengetahui peran keluarga dan masyarakat, kemampuan penguasaan kosakata ngoko dan krama pada generasi muda, potret penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa ngoko dan krama pada ranah keluarga dan masyarakat, fitur bahasa Jawa Semarang dan Pekalongan, dan perbandingan penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa ngoko dan krama antara penutur Jawa di Kota Semarang dan Kota Pekalongan. Metode pemerolehan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, metode simak dan metode wawancara. Wujud data adalah satuan lingual berupa kata, kalimat, dan wacana yang memuat kosakata ngoko, krama, dan krama inggil. Sasaran penelitian pada ranah keluarga adalah keluarga inti muda dan keluarga inti tua yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan dan perkampungan. Sasaran penelitian pada ranah masyarakat adalah kegiatan kemasyarakatan yang melibatkan anggota masyarakat. Analisis data menggunakan metode deskriptif kontekstual komperatif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif kontekstual digunakan untuk menganalis data yang terkait dengan tuturan yang terjadi dalam masyarakat tutur dengan parameter komponen tutur, konteks sosial, dan sosiokultural. Metode komparatif digunakan untuk mengkaji perbandingan penggunaan bahasa Jawa yang dipakai oleh penutur Jawa di Kota Semarang dan Kota Pekalongan dengan bahasa Jawa standar. Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur penguasaan kosakata dasar ngoko dan krama pada generasi muda. Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pertama, lemahnya peran keluarga dan masyarakat dalam pewarisan bahasa Jawa standar berakibat pada maraknya pengaruh bahasa Indonesia dalam tuturan, maraknya tuturan Jawa bertipe dialektal, dan lahirnya pola baru penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa yang berseberangan dengan kaidah bahasa Jawa standar. Kedua, Penguasaan kosakata generasi muda pada kualifikasi kurang baik dengan skor rerata 41,1 (Kota Semarang) dan 46,1 (Kota Pekalongan). Ketiga, Potret penggunaan bahasa Jawa yang berkembang di Kota Semarang dan Pekalongan adalah (1) pada tuturan ngoko lugu ditemukan kekayaan leksikon dialektal, proses pembentukan kata yang melahirkan leksikon-leksikon baru, dan bunyi ujaran sebagai penyerta tuturan yang memiliki kekuatan emosi, (2) tuturan ngoko alus dianggap sebagai tingkat tutur tertinggi yang masih dipahami dan dipakai sesuai kaidah normatif, (3) tuturan krama lugu mulai jarang digunakan oleh penutur Jawa di Kota Semarang dan Kota Pekalongan, dan (4) tuturan krama alus yang digunakan di Kota Semarang lebih xxiv xxv berorientasi kepada kramanisasi diri, sedang tuturan krama alus yang digunakan di Kota Pekalongan masih berorientasi kepada kaidah normatif yang berlaku dalam bahasa Jawa standar. Keempat, fitur basa Semarangan dan basa Pekalongan dapat diangkat sebagai potret sebagian bahasa Jawa yang berkembang dan dipakai di wilayah Pesisir Utara Jawa Tengah. Kelima, terjadi perbedaan signifikan pada penutur Jawa di Kota Semarang dan Pekalongan. Pola kramanisasi diri diakui dan disyahkan oleh penutur Semarang sebagai kebenaran kolektif. Sebaliknya, di Kota Pekalongan pola kramanisasi diri dianggap sebuah kekeliruan sehingga ada upaya untuk meluruskan tuturan tersebut. Kata kunci: bahasa Jawa, ngoko, krama inggil, ranah, keluarga, masyarakat