;

Abstrak


Keberdayaan petani dalam penyuluhan partisipatif pola “dafep” (decentralized agricultural and forestry extension project) ( kasus di kabupaten Bantul)


Oleh :
Nani Tri Iswardayati - - Sekolah Pascasarjana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberdayaan petani hasil penyuluhan partisipatif pola DAFEP dan untuk mengetahui faktor mana yang berpengaruh terhadap keberdayaan petani. Dengan menggunakan analisis deduktif dihasilkan konsep keberdayaan yaitu daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait dengan dirinya, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Kemudian untuk menghasilkan keberdayaan tersebut, diperlukan proses penyuluhan partisipatif melalui aktivitas pembelajaran oleh karena kemampuan petani, oleh keragaman teknik yang digunakan dalam pembelajaran, kedinamisan kelompok, oleh misi pendekatan program yang diterapkan dalam penyuluhan partisipatif ini, serta oleh karena kondisi internal petani itu sendiri. Secara induktif analisis dilaksanakan dengan menggunakan analisis statistik regresi untuk mengetahui pengaruh masing-masing komponen proses penyuluhan tersebut diatas terhadap keberdayaan petani, serta menggunakan analisis jalur untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing komponen tersebut bersifat langsung atau melalui komponen antara. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa melalui analisis diskriptif keberdayaan petani hasil penyuluhan pertisipatif pola DAFEP ini baru pada tingkat menengah atau sedang yaitu dengan nilai 8,4285 dari kisaran angka katagori I (tinggi) = 9,0568 - 10,4614, Katagori II (sedang) dengan kisaran nilai =  7,6521 - 9,0568 dan Katagori III (rendah) dengan kisaran nilai = 6,2474 - 7,6521. Keberdayaan petani banyak dihasilkan oleh karena proses belajar petani yang diperolehnya dari perjalanan hidupnya, bukan semata-mata dari hasil percepatan pemberdayaan oleh proyek, karena tujuan yang dicapai pada kegiatan proyek dan cara mencapainya masih didominasi oleh kepentingan proyek bukan kepentingan lokal. Melalui analisis regresi ditemukan bahwa kondisi internal petani berpengaruh langsung dan nyata terhadap keberdayaan petani. Kemampuan penyuluh berpengaruh langsung terhadap teknik pembelajaran dan dinamika kelompok tetapi tidak berpengaruh terhadap keberdayaan petani baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan pada pendekatan program, dari hasil analisis dapat dinyatakan bahwa pendekatan program tidak berpengaruh langsung terhadap teknik pembelajaran dan secara tidak langsung juga tidak berpengaruh terhadap keberdayaan petani. Tidak berpengaruhnya kemampuan penyuluh, kedinamisan kelompok, dan pendekatan program baik secara langsung maupun tidak langsung ini disebabkan oleh proses penyuluhan yang masih lemah, karena partisipasi petani dalam proses penyuluhan tersebut masih menjadi partisipasi instrumental, dimana partisipasi baru dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan program. Tahapan partisipasi yang dicapai masih berada pada tahapan dimana petani bisa mengungkapkan inisiatifnya, tetapi inisiatif tersebut tidak mendapat jaminan karena terjadi hanya oleh tujuan proyek bukan oleh karena partisipasi yang terjadi secara normal dalam setiap proses penyuluhan. Kemampuan penyuluh baru memiliki kemampuan phisical skill saja, kelompok yang terbentuk yang dihasilkan oleh proyek tidak didasarkan oleh pola interasi antar petani yang telah berjalan secara terpola dimasyarakat. Penggunaan tokoh tani yang diharapkan menjadi pengembang, tidak mampu melaksanakan pengembangannya karena kekuasan dalam partisipasi tidak didelegasikan secara penuh, pola interaksinya tidak sejalan dengan pola interaksi yang sudah ada. Sebagai saran perbaikan, penyelenggaraan penyuluhan partisipatif ini perlu perbaikan-perbaikan pada komponen kemampuan penyuluh, teknik pembelajaran, kedinamisan kelompok dan penerapan misi paradigma penyuluhan partisipatif. Perbaikan tersebut meliputi perbaikan tujuan partisipasi yaitu bukan partisipasi untuk tujuan penyelesaian tugas saja tetapi harus mencapai partisipasi untuk tujuan pencapai proses pembelajaran. Pola penyuluhan partisipatif disarankan menggunakan tahap tambahan yaitu perlunya kegiatan pra program dengan mendayagunakan potensi lokal untuk merumuskan tujuan pemberdayaan petani dalam membangun visi lokal dalam pengembangan usaha. Perlu mengidentifikasi basis daya lokal yang bermakna seperti organisasi swadaya, pola interaksi, dan lain-lain, kemudian digunakan untuk basis kegiatan penyuluhan partisipatif ini. Untuk memperbaiki kemampuan penyuluh dalam meningkatkan ketrampilan penggunaan teknik pembelajaran yang bermakna pemberdayaan, perlu ditingkatkan kepekaannya melalui program pembelajaran yang membangun kesadaran kritis melalui pembelajaran motivasi dan kreativitas menggali potensi yang ada pada masyarakat. Untuk memperbaiki penggunaan kelompok dalam proses memberdayakan petani, perlu diinventarisir pola interaksi dan kepemimpinan yang sudah berkembang dimasyarakat sebagai lembaga swadaya, dari hasil inventarisasi ini program sebaiknya memanfaatkannya agar kelompok berfungsi sosial untuk membangun kultur bukan sebagai kelompok tugas sehingga dapat berkelanjutan dan program terjamin. Pemerintah perlu melakukan penelitian terhadap program yang diluncurkan untuk selalu melakukan perbaikan kualitas campur tangannya pada masyarakat, terutama yang menyangkut proses yang dapat menjamin keberlanjutan untuk keberdayaan.