Abstrak
Batik laweyan: Sebuah Usaha Unggulan Lokal Pada Masa Jayanya Menjadi Usaha marginal Secara Ekonomi saat ini, Pendekatan Holistik Kualitatif tentang Studi Kegagalan Usaha Pribumi di Lokasi tertentu
Oleh :
Albertus Maqnus Soesilo - - Fak. Ekonomi dan Bisnis
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika usaha batik Laweyan yang pernah mengalami kejayaan dimasa lalu, dan yang pada saat ini meninggalkan sisa-sisa usaha. Secara spesifik bertujuan untuk: (1) memahami aspek-aspek yang mempengaruhi faktor budaya, sosial dan politik yang dapat menjelaskan kejayaan dan kegagalan usaha batik Laweyan, (2) memahami hubungan antara aspek yang satu dengan aspek lainnya, (3) memahami kemampuan mekanisme koordinasi formal dalam mengisi penurunan kapasitas modal sosial terutama pada saat keruntuhan usaha batik Laweyan. Pendekatan penelitian ini adalah holistik kualitatif yang bertujuan untuk menggali makna diberbagai aspek dari fenomena-fenomena dalam masyarakat tertentu. Struktur sosial masyarakat Jawa dan terutama Solo terkenal dengan hubungan hirarki sosial antara priyayi dan rakyat biasa atau petani. Hubungan hirarki tersebut mencerminkan hubungan kekuasaan, dominasi, sosial, budaya, politik, ekonomi dan kekayaan. Dalam struktur sosial tersebut pedagang tidak termasuk dalam kelas priyayi maupun rakyat biasa, sehingga kedudukannya terselip diantara kedua kelas tersebut tetapi tidak mempunyai kekuasaan untuk kelas dibawanya seperti halnya priyayi. Golongan priyayi tersebut terdiri dari keturunan kraton. Pegawai atau abdi dalem kraton, pegawai pemerintah Belanda dan berbagai profesi terpandang di masyarakat seperti menjadi dokter, guru dan pegawai perusahaan Belanda. Adalah suatu yang wajar bahwa setiap orang menginginkan untuk naik kejenjang yang lebih tinggi dalam struktur sosial dan hal tersebut dilakukan oleh masyarakat pengusaha Batik Laweyan baik pada jaman kejayaannya maupun sekarang. Pada masa kejayaan aktualisasi diri pengusaha dilakukan dengan menjadi pengusaha batik yang sukses dan ditunjang oleh jaringan sosial yang merupakan modal sosial pengusaha yang berasal dari kegiatan dagang, keluarga dan agama. Jaringan sosial ini yang akhirnya dipakai juga untuk kegiatan politik pergerak kemerdekaan. Setelah kemerdekaan dengan semakin terbukanya mobilitas vertikal masyarakat melalui pendidikan menyebabkan ketidaktertarikan masyarakat Laweyan untuk menjadi pengusaha. Sehingga menjadi pengusaha adalah pilihan terakhir kalau kesempatan menjadi priyayi baru seperti menjadi pegawai negeri dan profesi terpandang di masyarakat sudah tertutup. Dilain pihak berbagai bentuk mekanisme koordinasi sosial formal yang ada tidak dapat menggantikan peran modal sosial sebagai alat koordinasi yang bersifat informal.