Abstrak


Perbedaan tingkat perkembangan penalaran moral ditinjau dari status identitas pada mahasiswa fakultas hukum Universitas Sebelas Maret angkatan 2012


Oleh :
Oktavia Ruthdian Setiawati - G0108031 - Fak. Kedokteran

Salah satu tugas perkembangan pada remaja adalah mencari identitas dirinya. Pembentukan identitas berdasar atas eksplorasi terhadap berbagai pilihan untuk membuat komitmen terhadap pilihan tersebut. Eksplorasi yang dilakukan remaja dalam usahanya mencari identitas yang tepat bagi dirinya akan memberikan pengalaman berharga bagi remaja, sehingga dapat mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan dalam menghadapi isu-isu etis. Seseorang yang memiliki pencapaian identitas diri akan memiliki penalaran moral pada tahap yang lebih tinggi dibanding seseorang yang masih mengalami kebingungan identitas.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat perkembangan penalaran moral ditinjau dari status identitas. Populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret angkatan 2012 yang masih tergolong remaja, sejumlah 390 mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum UNS angkatan 2012 sejumlah 60 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik incidental quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala status identitas yang diadaptasi skala EOM-EIS II (Adams, 1998) sejumlah 43 aitem dengan nilai α untuk subskala achievement = 0,824, nilai α untuk subskala moratorium = 0,740, nilai α untuk subskala foreclosure = 0,820, nilai α untuk subskala diffusi serta skala penalaran moral yang diadaptasi dari MJT (Lind, 1999) sejumlah 24 aitem yang telah diuji coba terlebih dahulu.  
Analisis data menggunakan teknik analisis Kruskal-Wallis, diperoleh asymp.sig sebesar 0,673 > 0,05 dan nilai chi-square sebesar 3,173 < chi-square tabel 11,07. Hal ini berarti tidak ada perbedaan tingkat perkembangan penalaran moral ditinjau dari status identitas pada mahasiswa Fakultas Hukum UNS angkatan 2012. Hal-hal yang mempengaruhi tidak signifikannya penelitian ini adalah karena sebagian besar subjek berada pada transition dan low-profile identity status, sehingga mereka menggunakan alternatif sistem etis selain penalaran moral Kohlberg. Selain itu faktor usia dan pencapaian pendidikan subjek yang relatif sama mempengaruhi pencapaian penalaran moral pada responden.

One of the developmental tasks in adolescences is finding their identity. Identity formation is based on the exploration of a variety of options to make a commitment to that choice. Teenagers exploration conducted in their search for the right identity for them will provide valuable experience for the youth, so as to develop decision-making skills in dealing with ethical issues. Someone who has achieved his self identity will have the moral reasoning at a higher stage than someone who is still experiencing the confusion of identity.
This research was quantitative research that aimed to identify differences in the different levels of moral reasoning development viewed by identity status. The study population was 390 students of Law Faculty Sebelas Maret University class 2012 that one still teenager. The samples were 60 students of law faculty class 2012 UNS. Sampling in this research used quota incidental sampling. The instrument was the identity status scale adapted from EOM-EIS II (Adams, 1998) with the number of 43 items, α for achievement subscale was 0.824, α for moratorium subscale was 0.740, α for foreclosure subscale was 0.820, and α for diffusion subscale was 0.660, and the moral reasoning scale adapted from MJT (Lind, 1999) with the number of 24 items that has been tried to the subjects before being used in this research.
Data analysis used Kruskal-Wallis analysis techniques, Asymp.Sig of 0.673> 0.05 and the chi-square value of 3.173 < chi-square table 11.07 obtained from such tehnique. It meant that there was no difference in the level of moral reasoning development viewed by identity status on student of Law Faculty UNS class 2012. The thing that did not affect the significance of this study was that most of the subjects were in transition and the low-profile identity status, so they were likely to use alternative ethical system than Kohlberg’s moral reasoning. Beside, ages and subject’s education were equally on the same level, and that were influencing moral reasoning