Abstrak
Ruang publik sebagai “festive healing” di pusat kota Klaten
Oleh :
Silmi Cahya Pradini Priliana - - Fak. Teknik
Dalam situasi yang berubah, budaya kesulitan mengimbangi percepatan perubahannya
komunitas menjadikan salah mengartikandan keliru memahamkan makna katamenjadi bias dan
ambigu. Ruang publik tidak lagi menjadi milik publik. Ruang publik (mall dll) bisa menjadi sarana
bisnis dari pemilik ruang privat (stakeholders). Komunitas sulit memahami dan menemukan
ruang publik.
Kelajuan dalam ekonomi, sosial, dan budaya berdampak besar pada pola kehidupan manusia,
termasuk krisis energi, keterbatasan lahan, dan karakter lokal menjadi urgensi yang harus
disikapi dalam kaitannya mengimbangi aglomerasi dan pertambahan penduduk. Pola
berperilaku dalam dalam habitat kota semakin menekan dan menuntut adanya pengimbang
bagi masyarakat urban. Tuntutan instan dan kemudahan fungsional dan terintegrasi dalam
mix‐used menjadi perlu dan sesuai best and high values dalam konteks kawasan perkotaan
terhadap fungsi‐fungsi yang harus diwadahi.
Appreciating the content menjadi perlu ketika