Abstrak


Pemodelan Pengelolaan Aliran Rendah Dengan Pendekatan Hidrologi Elementer


Oleh :
Mamok Suprapto - - Fak. Teknik

Kejadian kekurangan air sesaat setelah musim penghujan berhenti, konflik kepentingan atas air di banyak daerah, dan gagal panen di banyak tempat adalah contoh akibat kerusakan SDA. Dari tinjauan literatur secara menyeluruh menghasilkan definisi aliran rendah, yakni aliran yang nilainya relatif terhadap pemakaian. Konsep manajemen aliran rendah terpadu dalam penelitian ini ditunjukkan dengan aplikasi 3 (tiga) tolok ukur resiko sebagai nilai pembatas dalam manajemen SDA, yakni indeks keandalan {reliability}, indeks kelentingan {resiliency}, dan indeks kerawanan {vulnerability}. Untuk mendukung konsep ini telah dibangun model pengelolaan aliran-rendah (MPAR) dengan pendekatan hidrologi elementer. MPAR terdiri dari 2 {dua} jenis analisis, yakni transformasi hujan-aliran dan manajemen air berkelanjutan. Model telah diuji pada daerah irigasi Notog, sub-DAS Notog-Bantarbwung, bagian dari DAS Pemali, Jawa Tengah. Unit hidrologi terkecil dengan ukuran 0,5 x 0,5 km2 digunakan dalam memodelkan transformasi hujan-aliran. Tolok ukur untuk uji model ditetapkan sebelumnya, yaitu koefisien kalibrasi {CB)<0,025 dan koefisien keseimbangan massa {MB)<0,05. Kalibrasi secara manual telah dilakukan untuk model transformasi hujan- aliran dengan hasil nilai CB=O,18 dan MB=O,0097 pada nilai n=O,03 dan Boussinesq=O,4. T,etapi, pada tahap veriflkasi, hanya mencapai nilai CB=O,48 dan MB=O,9. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai indeks keandalan dapat dicapai secara mudah, tetapi sulit untuk mencapai nilai indeks kelentingan dan indeks kerawanan sesuai nilai yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan untuk periode pendek, tiga tolok ukur resiko dapat dicapai dengan mudah. Dalam keadaan aliran rendah, indeks keandalan tinggi dapat dicapai jika frekuensi kejadian kekurangan air adalah rendah, indeks kelentingan tinggi dapat diperoleh jika kekurangan air didistribusikan dengan baik, dan indeks kerawanan rendah dapat dicapai jika kekurangan air relatif kecil. Kejadian ini merupakan indikasi bahwa tolok ukur tersebut patut dipertimbangkan sebagai pembatas dalam manajemen SDA dan secara umum MPAR cukup memuaskan sebagai alat dalam pengelolaan SDA berkelanjutan.