Abstrak
Bahasa dalam novel “kalo cinta ngomong dong...” karya Setta Widya
Oleh :
Marwan Guntoro - - Fak. Sastra dan Seni Rupa
ABSTRAK
Perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi: (1) Bagaimana karakteristik kosakata bahasa dalam novel “Kalo Cinta Ngomong Dong...” karya Setta Widya? (2) Bagaimana karakteristik morfosintaksis bahasa dalam novel “Kalo Cinta Ngomong Dong...” karya Setta Widya?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan karakteristik kosakata bahasa dalam novel “Kalo Cinta Ngomong Dong...” karya Setta Widya. (2) Mendeskripsikan karakteristik morfosintaksis bahasa dalam novel “Kalo Cinta Ngomong Dong...” karya Setta Widya.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan tentang karakteristik bahasa dalam novel “Kalo Cinta Ngomong Dong...” dipandang dari segi karakteristik kosakata dan morfosintaksisnya sebagai berikut: (1) Dari segi pemakaian kosakata terdapat karakteristik yang sangat mencolok, yaitu pemakaian kosakata yang banyak menyimpang atau tidak sesuai dengan aturan penulisan bahasa baku, seperti dalam hal pemakaian kosakata bahasa daerah, kosakata tak baku, kosakata bermakna konotasi (kias/idiom), kosakata slang, dan kosakata tutur. Tujuannya yaitu untuk lebih mendekatkan maksud ceritanya sehingga ide yang terkandung dalam novel dapat lebih efektif ditangkap para pembacanya; juga untuk dapat lebih menambah kevariasian bahasa yang digunakan dan membuat komunikasi terlihat lebih bergaya sehingga dapat menimbulkan kesan yang menarik dan tidak membosankan. Pemakaian bahasa tak baku dengan penanggalan unsur kata muncul karena kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Selain itu, juga untuk menghilangkan kesan kaku, resmi, dan kurang luwes, seperti pada pemakaian bahasa baku (formal) yang memang dituntut untuk selalu konsisten dalam pilihan katanya. Pemakaian kata-kata yang bermakna kias/idiom juga bertujuan untuk menunjukkan suatu kreativitas berbahasa dan terkadang juga dapat memberikan kesan lucu. (2) Dari segi morfosintaksis ditemukan pula karakteristik pemakaian bahasa yang menyimpang dari aturan pemakaian bahasa baku, seperti dalam hal pemakaian afiksasi, konstruksi kalimat, pemakaian morfem partikel, dan pemakaian bentuk baster. Dari segi afiksasi banyak menggunakan afiks dari dialek Jakarta. Konstruksi kalimatnya banyak yang menyimpang atau tidak sesuai dengan aturan dalam bahasa baku. Posisi jabatan-jabatan dalam kalimat pun cenderung tidak teratur. Di dalamnya juga sangat banyak ditemui penggunaan kata-kata yang tidak baku. Pemakaian morfem partikel dan bentuk baster menjadi ciri khas dalam penulisan bahasa tak baku.