Abstrak


Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah


Oleh :
Harry Kiswanto - - Fak. Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sebelas Maret.Penelitian ini bertujuan yaitu; pertama, untuk mengetahui perkembangan tingkat kontribusi sektoral dan laju pertumbuhan ekonomi di Kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah. Kedua, untuk mengetahui sektor-sektor manakah yang menjadi sektor ekonomi basis dan faktor penentu perubahan sektor unggulan di Kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah. Ketiga, untuk mengetahui sektor-sektor yang menjadi prioritas dan potensi untuk dikembangkan di Kota Depok. Keempat, untuk mengetahui pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di Kota Depok. Kelima, untuk mengetahui gambaran tingkat spesialisasi dan tingkat konsentrasi dari sektor tertentu terhadap total pengukuran PDRB Kota Depok. Keenam, untuk mengetahui deskripsi kegiatan perekonomian yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria konstribusi di Kota Depok. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang dimaksud adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat kurun waktu 1999-2006. Adapun data-data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Depok dan Jawa Barat. Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quotient (LQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), Shift Share, Metode Rasio Pertumbuhan, Typology Klassen, Matrik Potensi, Indeks Williamson, Indeks Koefisien Konsentrasi dan Spesialisasi, dan Overlay. Dari hasil analisis dapat disimpulkan; pertama, kontribusi sektoral dan laju pertumbuhan sektoral di Kota Depok setelah berjalannya otonomi daerah terjadi peningkatan di semua sektor. Kedua, diketahui sektor-sektor basis di Kota Depok kurun waktu sebelum dan sesudah otonomi daerah adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Ketiga, sebelum dan sesudah otonomi daerah, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran menjadi sektor yang prima dan potensial. Keempat, setelah berlangsungnya otonomi daerah membawa perubahan dalam pergeseran perekonomian Kota Depok menjadi daerah berkembang cepat. Kelima, pola pertumbuhan ekonomi Kota Depok baik pada era sebelum otonomi daerah maupun pada era otonomi daerah adalah tidak terspesialisasi dan terkonsentrasi. Keenam, sektor industri pengolahan merupakan sektor potensial untuk dikembangkan menjadi sektor dominan dan Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor yang dominan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diberikan beberapa saran; pertama, pihak pemerintah daerah Kota Depok diharapkan mampu membuat perencanaan kebijakan pembangunan yang lebih efektif sehingga mampu meningkatkan kontribusi tiap sektor. Kedua, Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi maka pemerintah daerah Kota Depok diharapkan mampu mempromosikan daerahnya sehingga mampu menarik minat investor baik dari dalam maupun luar daerah. Ketiga, hendaknya sektor yang masuk dalam kategori basis bisa dipertahankan dan ditingkatkan melalui kebijakan pembangunan sektoral daerah. Keempat, Sebaiknya pihak pemerintah daerah bisa lebih meningkatkan sektor-sektor potensial yang belum memiliki keunggulan di daerah namun telah unggul di Propinsi Jawa Barat. Kelima, Perlunya pihak pemerintah daerah untuk bisa mengembangkan dan memacu sektor-sektor yang memang berpotensi untuk berkembang di Kota Depok sehingga terjadi peningkatan spesialisasi antar kecamatan di Kota Depok. Kata Kunci: PDRB, Otonomi Daerah, Sektor Basis, LQ, DLQ, Shift Share, Metode Rasio Pertumbuhan, Typology Klassen, Matrik Potensi, Indeks Williamson, Indeks Koefisien Konsentrasi dan Spesialisasi, dan Overlay