Abstrak


Partai Masyumi cabang Surakarta pada tahun 1954-1960


Oleh :
Rossyta Dyah Prastyanti - - Fak. Sastra dan Seni Rupa

ABSTRAK Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai (1) Bagaimana keadaan sosial politik di Surakarta Pada Tahun 1954-1960, (2) Bagaimana Perkembangan Partai Masyumi Cabang Surakarta Pada Tahun 1954-1960, (3) Bagaimana Dinamika Hubungan Partai Masyumi Cabang Surakarta dengan Organisasi Massa Islam di Surakarta Pada Tahun 1954-1960. Tujuan penulisan skripsi adalah (1) Untuk mengetahui bagaimana keadaan sosial-politik di Surakarta Pada tahun 1954-1960, (2) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Partai Masyumi cabang Surakarta Pada tahun 1954-1960, (3) Untuk mengetahui Dinamika Hubungan Partai Masyumi Cabang Surakarta dengan Organisasi Massa Islam di Surakarta Pada Tahun 1954-1960. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat proses: Heuristik, Kritik Sumber, Interprestasi, dan Historiografi. Data diperoleh melalui studi dokumen, studi pustaka, dan wawancara dengan teknik analisis data deskriptif analisis. Dari analisis data penulis dapat menyimpulkan bahwa Pembentukan Masyumi pada tanggal 7-8 November 1945 di Yogyakarta. Embrio Masyumi berasal dari MIAI yang merupakan tempat permusyawaratan, suatu badan perwakilan yang terdiri dari beberapa perhimpunan-perhimpunan yang berdasarkan agama Islam di Seluruh Indonesia yaitu Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Perserikatan Umat Islam dan Persatuan Umat Islam Indonesia, Persatuan Islam, Al-Irsyad, dan Al-Jamiyatul Washiyahdan Al-Ittihadfiyah. Dalam perkembangannya Masyumi gagal mempertahankan sebagai satu-satunya partai Islam setelah keluarnya Partai Serilat Islam Indonesia dan Nahdatul Ulama. Masyumi Cabang Surakarta membawahi lima dewan pimpinan anak cabang dan 51 ranting. Keanggotaan Masyumi dapat dikatakan merata penyebarannya di Surakarta, ini dikarenakan dukungan yang diberikan oleh Muhammadiyah dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Serikat Buruh Islam Indonesia dan Muslimat Masyumi. Dinamika hubungan Muhammadiyah dan Masyumi mengalami pasang surut yaitu tahap pertama hubungan mesra (1945-1955), tahap kedua hubungan renggang (1956-1959), dan tahap ketiga (1959) Muhammadiyah keluar dari anggota istimewa. Di Surakarta Muhammadiyah mempunyai peranan yang paling strategis dan berpengaruh, itu dicerminkan oleh banyaknya pimpinan Masyumi setempat yang notabene adalah tokoh Muhammadiyah. Dari sudut Muhammadiyah partai Masyumi menjadi alat perjuangan politik jadi dimaksudkan agar Muhammadiyah sebagai organisasi akan lebih memantapkan tugas pokoknya dibidang sosial keagamaan atau dakwahnya oleh karena itu Muhammadiyah secara gencar aktif mensukseskan pendirian partai dan menyerahkan sepenuhnya kebijakan politik umat Islam di tangan Masyumi. Hubungan Masyumi dengan Nahdatul Ulama mengalami kekurangserasian pada tahun 1949 dan akhirnya perpecahan pada tahun 1952 Nahdatul Ulama berdiri menjadi partai politik.