Abstrak


Waldjinah dan Perkembangan Musik Keroncong Surakarta Tahun 1965-2013


Oleh :
Adinda - C0508009 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perkembangan musik keroncong di Surakarta pada tahun 1965-2013. (2) peran Waldjinah dan pengaruhnya dalam perkembangan musik keroncong di Surakarta tahun 1965-2013. Penelitian ini merupakan penelitian historis, sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen, studi pustaka9, dan studi wawancara. Data-data yang terkumpul kemudian diseleksi, dianalisa, dan diinterpretasikan dengan menggunakan pendekatan Ilmu Sosial dan Budaya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa awal kemunculan musik keroncong berkembang di Jakarta. Musik yang oleh sebagian orang diklaim sebagai musik asal Portugis ini menyebar ke Pulau Jawa termasuk Surakarta. Dalam perjalanannya, citra Surakarta menguasai keroncong Indonesia semakin kuat. Pergantian beberapa pemerintahan yang berkuasa di Indonesia dari tahun 1965-2013 telah membawa perubahan pada musik keroncong di Surakarta baik dari alat musik keroncong yang digunakan dalam setiap pementasan, syair lagu keroncong yang mulai menggunakan pantun Melayu dan parikan Jawa, semakin banyaknya seniman dan orkes keroncong, lahirnya studio rekaman Lokananta, sampai penggabungan musik keroncong dengan beberapa aliran musik lainnya. Sampai tahun 2013 pun, festival keroncong tahunan tetap diadakan di Surakarta demi menjaga eksistensi musik keroncong yang lekat dengan kota Surakarta.
Waldjinah merupakan penyanyi keroncong legendaris Indonesia. Peran Waldjinah dalam perkembangan musik keroncong terlihat dalam usahanya membentuk Orkes Keroncong Bintang Surakarta sebagai orkes pengiring berkesenian dan sebagai wadah mencari bibit-bibit baru dalam dunia keroncong. Usaha Waldjinah dalam “menguri-uri” musik keroncong ialah dengan membuka sekolah keroncong gratis di rumahnya. Waldjinah dan Hamkri memprakarsai terbentuknya Solo Keroncong Festival yang merupakan agenda tahunan kota Solo. Eksistensi Waldjinah dalam kancah politik terlihat dalam usahanya menghibur dan menghimpun massa dalam kampanye Golkar.
Kesimpulannya ialah bahwa Waldjinah merupakan seniman yang mampu bertahan melestarikan musik keroncong di segala zaman. Keseriusannya dalam “menguri-uri” musik keroncong diwujudkan pada setiap pementasannya selalu membawakan lagu-lagu keroncong dan langgam Jawa. Waldjinah berkomitmen untuk selalu mempromosikan musik keroncong dan melakukan regenerasi penyanyi keroncong, meskipun musik-musik modern telah banyak beredar di pasaran.
ABSTRACT
This study aimed to find out: (1) the development of keroncong music in Surakarta during 1965-2013, (2) the role of Waldjinah and her effect on keroncong music development in Surakarta during 1965-2013. This study was a historical research, so that the procedure taken here included heuristics, resource critique, interpretation, and historiography. Technique of collecting data used was document study, library study, and interview study. The data collected was then selected, analyzed, and interpreted using Social and Cultural Sciences approach.
The result showed that the inception of keroncong music occurred in Jakarta. The music that by some people was claimed as Portugal-origin music spread widely to Java Island including Surakarta. In its development, the image of Surakarta that dominated Indonesian keroncong was getting stronger. The succession of several governments ruling in Indonesia in 1965-2013 had brought about transformation in keroncong music in Surakarta from keroncong music instrument used in every performance, keroncong song lyric starting to use Malayan pantun and Javanese Parikan, the more number of artists and keroncong music group, Lokananta recording studio establishment, to keroncong music fusion into some other music streams. Even until 2013, annual keroncong festival kept being conducted in Surakarta in order to maintain the existence of keroncong music inherent to Surakarta City.
Waldjinah was an Indonesian legendary keroncong singer. The role of Waldjinah in keroncong music development, as could be seen from her attempt of establishing Bintang Surakarta Keroncong music group (Orkes Keroncong Bintang Surakarta) as the artistic accompanying music group and as a vehicle to seek new novices in keroncong world. Waldjinah’s attempts of nourishing keroncong music were to open a free keroncong school in her house. Waldjinah and Hamkri initiated the establishment of Solo Keroncong Festival constituting the annual agenda of Solo City. The existence of Waldjinah in politic arena could be seen in her attempt of entertaining and gathering the mass in Golkar campaign.
The conclusion was that Waldjinah was an artist who could insist on preserving keroncong music in any epochs. Her seriousness in nourishing keroncong music was manifested in each performance that always featured keroncong songs and Javanese langgam. Waldjinah committed to keep promoting keroncong music and regenerating the keroncong singers, despite much modern music circulating in market.