Abstrak


Kajian Biologi dan Agronomi Karabenguk (Mucuna pruriens (L.) DC.) Sebagai tanaman Pangan dan Penutup Tanah


Oleh :
Supriyono - 131407037 - Fak. Pertanian

Karabenguk merupakan tanaman pangan yang dapat digunakan sebagai tanaman penutup tanah. Bijinya biasa untuk membuat tempe, dan ini penting untuk mencukupi kebutuhan protein masyarakat di lahan marginal.
Percobaan 1 bertujuan menentukan tanaman karabenguk berdasar struktur anatomi termasuk tanaman C3 atau C4, menentukan pola pertumbuhan bintil karabenguk dan menentukan forma dari kultivar dan asal tanaman yang berbeda. Tujuan percobaan 2 ialah mengetahui pengaruh macam dan takaran pupuk pada pertumbuhan dan hasil 2 kultivar karabenguk. Percobaan 3 bertujuan mengetahui peranan rangka penjalar terhadap pertumbuhan dan hasil 2 kultivar karabenguk sebagai individu maupun sebagai pertanaman tumpangsari serta
keharaan tanah baik pada musim kemarau maupun penghujan. Tujuan Percobaan 4 ialah menentukan peran penutup tanah 2 kultivar karabenguk dibanding tanaman penutup tanah konvensional terhadap kecepatan tumbuh, pengendalian gulma dan perbaikan sifat-sifat tanah pada musim hujan dan kemarau.
Percobaan1 dan 2 dilakukan di rumahkaca Fakultas Pertanian UNS dengan suhu maksimum harian 39oC dan dilanjutkan di lapangan. Percobaan 1 dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap 6 perlakuan kultivar, diulang 3 kali. Perlakuan dimaksud adalah kultivar Hitam Gunungkidul, Luthung, Putih Gunungkidul, Putih Kedungombo, Putih Kulonprogo dan Rase. Percobaan 2 dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap faktorial. Faktor pertama kultivar terdiri 2 macam yaitu Rase dan Putih Gunungkidul. Faktor ke dua pupuk terdiri 5 tingkat yaitu tanpa pupuk, pupuk organik dosis sedang/fine compost 125 g/tanaman, pupuk organik dosis tinggi/250 g/tanaman, NPK dosis sedang/mutiara 16-16-16 30 g/tanaman dan NPK dosis tinggi 60 g/tanaman.
Percobaan 3 dan 4 dilaksanakan dilaksanakan di Desa Tancep Ngawen Gunungkidul 170 m dpl pada musim hujan dan kemarau. Pada Percobaan 3, disamping musim sebagai faktor pertama, faktor ke dua adalah kultivar yaitu Rase dan Putih Gunungkidul. Faktor ke tiga adalah macam penjalar terdiri 5 macam yaitu jagung bersamaan tanam dengan karabenguk, jagung umur 2 minggu, jagung umur 4 minggu, penjalar bambu dan tanpa penjalar, pada musim penghujan ditambah penjalar mangga dan penjalar singkong. Pada percobaan 4 di samping musim dan kultifar sebagai factor pertama, factor kedua adalah macam penutup tanah terdiri atas 7 tingkat yaitu Rase, Putih Gunungkidul, Kalopoginium, Sentrosema, Rase dengan pupuk
organik dosis sedang, Putih Gunungkidul dengan pupuk organik dosis sedang ditambah tanpa penutup tanah.
Berdasarkan struktur anatomi daun, karabenguk termasuk tanaman C3. Berdasarkan struktur anatomi bintil, karabenguk mengikuti pola pertumbuhan bintil yang indeterminate. Forma utilis meliputi kultivar Luthung, Hitam Gunungkidul dan Putih Kulanprogo, sedangkan forma cochinchinensis meliputi kultivar Rase, Putih Gunungkidul dan Putih Kedungombo. Hasil biji dan indeks panen kultivar Putih Gunungkidul dan Rase lebih tinggi dibanding kultivar lain, kandungan proteinnya lebih rendah dibanding Putih Kulanprogo dan kadar HCN lebih tinggi bila dibanding Luthung. Berat hasil panen biji forma cochinchinensis lebih tinggi dibanding forma utilis karena didukung jumlah biji per polong yang lebih banyak, mahkota bunga yang lebih besar, tangkai daun yang lebih pendek dengan berat batang sekunder yang lebih rendah meskipun kadar klorofil daun juga lebih rendah.
Pada percobaana di pot dengan sekali pemupukan, jumlah bintil, dan nisbah akar tajuk lebih tinggi pada kultivar Rase dibanding Putih Gunungkidul. Pupuk organik dengan dosis tinggi (fine compost 250g/tanaman) dan sedang (125g/tanaman) menghasilkan jumlah bintil per tanaman lebih tinggi dibanding NPK (mutiara 16-16-16) dosis tinggi (60g/tanaman), NPK dosis sedang (30g/tanaman) dan control. Percobaan di lapangan dengan 2 kali pemupukan menghasilkan panenan biji kultivar Rase lebih tinggi dibanding kultivar Hitam gunungkidul.
Pada penanaman musim penghujan, kultivar Rase dengan penjalar bambu dan jagung umur 4 minggu mampu memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik. Pada pertanaman musim
kemarau. Kultivar Rase dengan penjalar bambu dan jagung bersamaan tanam memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi. Penanaman musim hujan mengakibatkan pertumbuhan dan berat hasil biji yang lebih baik dibanding musim kemarau. Berbagai komponen pertumbuhan dan hasil karabenguk dengan penjalar bambu dan jagung umur 4 minggu per satuan luas dapat menyamai penjalar tanaman keras.
Pertumbuhan penutup tanah karabenguk lebih baik dibanding kalopogonium dan sentrosema bila ditanam pada musim penghujan dan tidak berbeda nyata bila ditanam pada musim kemarau. Semua tanaman penutup tanah yang dicobakan mampu menekan gulma yang didominasi lamuran. Karabenguk mampu mengendalikan gulma lebih baik dibanding tanaman penutup tanah konvensional untuk jangka waktu selama musin tanam, namun untuk jangka waktu menahun, ada kecenderungan lebih baik tanaman penutup tanah konvensional. Beberapa sifat tanah tidak menunjukkan perbedaan antar tanaman penutup tanah sehingga kemampuan menahan erosi lebih ditentukan oleh bobot brangkasan kering tanaman.