;

Abstrak


Analisis Terjemahan Kalimat yang Mengakomodasi Kesantunan Tuturan Menyarankan (Suggesting) Dalam Film Argo (2012) (Sebuah Pendekatan Pragmatik)


Oleh :
Hanifan Fuadi Fathul Mubin - S131308003 - Sekolah Pascasarjana

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian dengan orientasi produk penerjemahan yang mengkaji terjemahan kalimat yang mengakomodasi kesantunan tuturan menyarankan dalam film Argo. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis-jenis strategi kesantunan tuturan menyarankan yang digunakan dalam film Argo (2) mengeksplorasi pergeseran strategi kesantunan tuturan menyarankan (3) mendeskripsikan penanda kesantunan tuturan menyarankan dalam BSu dan BSa (4) menjelaskan teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan tuturan menyarankan (5) menjelaskan dampak penggunaan teknik penerjemahan, pergeseran strategi kesantunan, penanda kesantunan tuturan menyarankan, jenis strategi kesantunan tuturan menyarankan terhadap kualitas terjemahan tuturan menyarankan yang ditinjau dari sisi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan.   
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jenis studi kasus. Data diperoleh dengan beberapa metode yaitu metode catat simak, kuesioner, dan wawancara dengan para informan. Data dalam penelitian ini berupa kalimat yang mengandung tuturan menyarankan dan diperoleh dari seluruh dialog dalam film Argo dan terjemahannya dalam subtitle berbahasa Indoenesia. Data tersebut lantas disusun menjadi kuesioner untuk dinilai tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya oleh rater dan responden.
Berdasarkan hasil analisis terhadap 65 data, pertama, ditemukan tiga jenis strategi kesantunan, yaitu: strategi kesantunan positif, strategi kesantunan negatif,  dan strategi tidak langsung (bald off record). Strategi kesantunan yang paling mendominasi data adalah strategi kesantunan negatif dengan sub strategi menggunakan tuturan tidak langsung yang digunakan sesuai konvensi masyarakat (be conventionally indirect) sebanyak 27 kali pada BSu dan 19 kali pada BSa. Kedua, dari 65 data tuturan menyarankan tersebut, terdapat 18 data (27,69%) yang mengalami pergeseran strategi kesantunannya. Ketiga, ditemukan 16 jenis penanda kesantunan pada BSu yaitu: you can…or you can…, …would I be right?, we.., using group identity marker (Sir), if you’re gonna…, you need…, (you) will../can…/could.., (you) should…, (you) need to.., (you) have to../gotta…, what about…?/how about…?, I think you’d better…, at best, using impersonal marker, using nominalization marker, probably, dan using ironical phrase. Pada BSa ditemukan 15 jenis penanda kesantunan, seperti: antara kau…atau kau.., …ya?, kita…, menggunakan penanda identitas kelompok (Pak), jika kau ingin.., kau perlu…, (kau) akan…/bisa…, (kau) harus…, (kau) perlu…/butuh…, bagaimana dengan….?/bagaimana kalau….?, sebaiknya…, maksimal, menggunakan penanda impersonal, menggunakan penanda nominalisasi, mungkin, dan menggunakan frasa sindiran. Keempat, ditemukan 11 jenis teknik penerjemahan yang dibagi menjadi 4 varian teknik penerjemahan, yakni: varian tunggal sebanyak 11 kali, varian kuplet sebanyak 44 kali, varian triplet sebanyak 78 kali, dan varian kuartet sebanyak 24 kali dengan total frekuensi kemunculan sebanyak 159 kali penggunaan. 11 teknik tersebut antara lain teknik kesepadanan lazim, teknik kompresi linguistik, teknik reduksi, teknik variasi, teknik amplifikasi, teknik modulasi, teknik amplifikasi linguistik, teknik transposisi, teknik peminjaman, teknik generalisasi, serta teknik adaptasi. Berdasarkan 11teknik tersebut, teknik kesepadanan lazim adalah teknik penerjemahan yang paling dominan digunakan, serta hanya penggunaan teknik reduksi saja yang menyebabkan terjadinya pergeseran strategi kesantunan, melalui penghilangan penanda kesantunan tuturan menyarankan pada BSa. Hasil uji kualitas terjemahan menunjukkan sebanyak 49 (75,38%) data dari 65 data tuturan menyarankan dikategorikan sebagai terjemahan yang akurat, dan 16 (24,62%) data sisanya dikategorikan sebagai terjemahan kurang akurat; lalu sebanyak 45 (69,23%) data dari 65 unit data dikategorikan sebagai terjemahan yang berterima, dan 20 (30,77%) data sisanya dikategorikan sebagai terjemahan kurang berterima; dan sebanyak 64 (98,46%) data dari total 65 data dikategorikan sebagai terjemahan dengan tingkat keterbacaan tinggi, dan hanya ditemukan 1 (1,54%) data saja yang dikategorikan sebagai terjemahan dengan tingkat keterbacaan sedang. Secara umum, seluruh kualitas terjemahan tuturan menyarankan dalam film Argo menunjukkan hasil yang baik, yakni: akurat, berterima, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi.
Kesimpulan yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah teknik penerjemahan yang digunakan ternyata menyebabkan bergeser atau tidaknya strategi kesantunan, hilang atau bertahannya penanda kesantunan pada strategi kesantunan, serta berdampak pada tinggi atau rendahnya kualitas hasil terjemahan dari segi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan yang dihasilkan. Diterapkannya teknik penerjemahan yang tepat (kesepadanan lazim) dalam menerjemahkan kalimat yang mengakomodasi kesantunan tuturan menyarankan mengakibatkan bertahannya penanda kesantunan pada tuturan, sehingga strategi kesantunan tidak mengalami pergeseran dan mampu menghasilkan tingginya kualitas terjemahan dari segi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan.
Kata kunci: strategi kesantunan, tuturan menyarankan, teknik penerjemahan, pergeseran, film Argo, kualitas terjemahan ujaran.
ABSTRACT
This research is a product oriented study that analyzes translation of sentences which accommodate politeness strategy of suggesting speech act in the film Argo. The aims of the research are to identify and explain : (1) politeness strategy of suggesting speech act found in the film Argo and its subtitle (2) pragmatic shifts of suggesting speech act (3) politeness marker of suggesting speech act found in the film Argo and its subtitle (4) translation techniques applied for translating suggesting speech act found in the film Argo and its subtitle (5) the impacts of translation techniques, pragmatic shifts, politeness marker, politeness strategy toward the quality of suggesting speech act translation in the film Argo in terms of accuracy, acceptability, and readability.
The research method applied in this study is qualitative descriptive, and it is a multiple case study. The data were collected through some methods, as: documentary analysis, questionnaires, and in depth interview with informants. The data of this research are sentences which accommodate suggesting speech act collected from all of the dialogues in the film Argo and its translation in form of Indonesian film subtitle. The data were compiled into questionnaire to assess its translation quality, and then were obtained from raters and respondents.
Based on the analysis of 65 data, first, there are three major types of politeness strategies found in this research, called: positive politeness, negative politeness, and bald off record. The most dominating politeness strategy in the research is negative politeness with the sub strategy of be conventionally indirect that is applied for 27 times in the source language and 19 times in the target language. Second, there are 18 data (27,69%) from the whole data which involved in pragmaticshifts due to the deletion of their politeness strategy. Third, there are 16 politeness markers found in the source language, such as: you can…or you can…, …would I be right?, we.., using group identity marker (Sir), if you’re gonna…, you need…, (you) will../can…/could.., (you) should…, (you) need to.., (you) have to.../gotta…, what about…?/how about…?, I think you’d better…, at best, using impersonal marker, using nominalization marker, probably, and using ironical phrase. In addition, there are 15 politeness markers found in target language, such as: antara kau…atau kau.., …ya?, kita…, menggunakan penanda identitas kelompok (Pak), jika kau ingin.., kau perlu…, (kau) akan…/bisa…, (kau) harus…, (kau) perlu…/butuh…, bagaimana dengan….?/bagaimana kalau….?, sebaiknya…, maksimal, menggunakan penanda impersonal, menggunakan penanda nominalisasi, mungkin, dan menggunakan frasa sindiran. Fourth, the total number of translation techniques applied in the research is 11, consisting of 4 types of variants. The technique applied for 11 times in variant of single, 44 times applied in variant of couplet, 78 times applied in variant of triplet, and 24 times applied in variant of quartet. Subsequently, the 11 techniques applied for this research are established equivalence, linguistic compression, reduction, variation, amplification, modulation, linguistic amplification, transposition, borrowing, generalization, and adaptation. It is eventually encountered that established equivalence technique is the most dominating technique applied for translating suggesting speech act, and there is merely a technique named reduction which potentially brings about the pragmatic shifts effects to the data. The translation quality of suggesting speech act shows that there are 49 data (75,38%) included as accurate; while the rest 16 data (24,62%) included as less accurate; 45 data (69,23%) included as acceptable, while 20 data (30,77%) included as less acceptable; and 64 (98,46%) data are having a high readability level while there is only a datum (1,54%) which is having a medium readability level. Generally, the whole translation quality in this research are showing a positive result; accurate, acceptable, and having a high readability level.
The conclusion of the study shows that translation techniques applied for the data may affect the pragmatic shifts of speech actdue to the existence or nonexistence of the politeness marker, and  lastlymay affect the translation quality as well,especially in terms of accuracy, acceptability, and readability levelin gaining a high, a medium or a low score. Translation techniques that are applied properly through the implementation of established equivalence technique in translating sentences which accommodate politeness strategy of suggesting speech act will eventually result in the existence of politeness marker. When the politeness markers exist in the sentences, there will be no pragmatic shift sincethe politeness strategy can be easily identified. Therefore, both factors may result in the high level of translation quality in terms of accuracy, acceptability, and readability.
Key words: politeness strategy, suggesting speech act, translation techniques, pragmatic shift, film Argo, translation quality.