;

Abstrak


Pola Komunikasi dan Groupthink dalam Kelompok Keagamaan (Studi Kasus Relationship Yang Menimbulkan Groupthink Dalam Kelompok Masyarakat Buddhis di Kelurahan Karang, Kecamatan Slogohimo)


Oleh :
Situ Asih - S231308011 - Sekolah Pascasarjana

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis peran
komunikator dalam hal ini adalah tokoh agama, peran audiens atau anggota
kelompok dalam membentuk Groupthink dan pola komunikasi kelompok yakni
kelompok masyarakat Buddhis di Kelurahan Karang Kecamatan Slogohimo,
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Teknik analisisnya
menggunakan teknik gabungan dari Miles dan Huberman, Spradley dan Yin.
Adapun teknik pemilihan informan dengan menggunakan teknik maximum
varians sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran tokoh agama atau pengurus
dalam membentuk Groupthink adalah: (1) sebagai Acarya, (2) sebagai Uphajaya
dan (3) sebagai pengambil keputusan. Sedangkan peran anggota masyarakat
Buddhis sebagai komunikan adalah: (1) sebagai Upasika, (2) terlibat dalam
kepanitiaan, (3) sebagai komunikator. Adapun pola komunikasi yang terbentuk
dalam masyarakat Buddhis di Kelurahan Karang adalah (1) Pola komunikasi
interpersonal yang dapat dilihat dari kegiatan urun rembug, gethok tular, tilikan,
rewang dan percakapan sehari-hari antara pengurus dan anggota masyarakat, (2)
Pola komunikasi kelompok yang telihat dari kegiatan Pujhabakti, pertemuan
Wandani, Patria, Sekolah minggu Buddha dan perbagai kegiatan lain yang
dilakukan oleh masyarakat Buddhis di Kelurahan Karang.
Berkaitan dengan fenomena Groupthink yang terjadi pada masyarakat
Buddhis di Kelurahan Karang, dapat dilihat dari kohesivitas yang tinggi diantara
anggota masyarakat Buddhis tersebut, selain itu berdasarkan hasil penelitian dapat
dikatakan bahwa anggota masyarakat Buddhis tersebut memiliki loyalitas,
solidaritas dan sense of belonging yang kuat terhadap keberadaan kelompok, hal
ini seperti yang dikatakan oleh Janis, bahwa dalam sebuah kelompok yang
memiliki kohesivitas yang tinggi cenderung terbentuk Groupthink. Selain itu hal
ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Kurt Lewin, bahwa akibat langsung
adanya keterpaduan dan kekompakan dalam kelompok adalah Groupthink. Akan
tetapi peneliti menemukan bahwa kohesivitas pada masyarakat Buddhis di
Kelurahan Karang terbentuk bukan karena adanya anggapan bahwa mereka kebal,
akan tetapi kohesivitas yang tinggi tersebut muncul karena adanya perasaan
bahwa kelompok masyarakat Buddhis adalah kelompok minoritas, sehingga
pengurus selalu memotivasi untuk lebih meningkatkan hubungan antara yang satu
dengan yang lain dalam berbagai bentuk kegiatan.
Kata Kunci: Groupthink, Peran komunikator, Peran audiens dan Pola
Komunikasi
ABSTRACT
This research aimed to describe and to analyze the role of communicator,
in this case, the religion leader, the role of audience or group in creating
Groupthink and group communication pattern, Buddhist community group in
Kelurahan Karang in Slogohimo Sub District, using qualitative research method
of case study. Technique of analyzing data used was combined methods from
Miles and Huberman, Spradley and Yin. The technique of selecting informant
used was maximum variance sampling one.
The result of research showed that the role of religion leader or
administrator in creating Groupthink was that of (1) Acarya, (2) Uphajaya, and (3)
decision maker. Meanwhile, the role of members of Buddhist community as
communicant was that of (1) Upasika, (2) participating in committee, (3)
communicator. The communication pattern established in Buddhist community in
Kelurahan Karang included (1) interpersonal communication that could be seen
from urun rembug (discussion), gethoktular (words of mouth), tilikan (visiting the
sick people), rewang (helping others holding large event) activities and daily
conversation between the administrators and members of community, (2) group
communication pattern that could be seen from Pujhabakti activity, Wandani
meeting, Patria, Buddha Sunday School and a variety of other activities carried
out by Buddhist community in Kelurahan Karang.
Regarding the Groupthink phenomenon occurring in Buddhist community
in Kelurahan Karang, it could be seen the high cohesiveness among the members
of Buddhist community, in addition, considering the result of research, it could be
stated that the members of Buddhist community had strong loyalty, solidarity, and
sense of belonging to the existence of group. It was just as Janis suggested that in
a group with high cohesiveness, Groupthink tended to be created. In addition, it is
in line with Kurt Lewin’s statement that the direct effect of coherence and
compactness in group was Groupthink. However, the author found that the
cohesiveness in Buddhist community in Kelurahan Karang was created not due to
the assumption that they were immune (invulnerable), but to the presence of
feeling that Buddhist community group was minority group, so that the
administrator should motivate to improve the relationship between one member
and another in a variety of activity forms.
Keywords: Groupthink, Communicator Role, Audience role, and
Communication Pattern