Abstrak


Peranan Gerkatin untuk Kesetaraan Hak Penyandang Disabilitas Tunarungu di Kota Solo


Oleh :
Ranti Rahyu Kinanti - D0311057 - Fak. ISIP

ABSTRAK

 
Ranti Rahyu Kinanti. D0311057. 2015. “Peranan Gerkatin Untuk Kesetaraan
Hak Penyandang Disabilitas Tunarungu Di Kota Solo” . Skripsi. Jurusan Sosiologi.
Fakultas Ilmu sosial dan Politik. Universitas Sebelas Maret. 
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui seberapa jauh Peranan Gerkatin
dalam kesetaraan hak penyandang disabilitas tunarungu di Kota Solo serta hasil apa saja
yang telah dicapai selama berdirinya Gerkatin. Teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Teori Aksi dari Talcott Parsons. Dalam teori aksi ini aktor mengejar tujuan
dalam situasi dimana norma-norma mengarahkan dalam memilih alternatif cara dan alat
untuk mencapai tujuan (voluntarism).  
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studii kasus. Untuk teknik
pengambilan sample menggunakan purposive sampling.Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data yang
digunakan adalah triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah yaitu
model analisis interaktif.  
Hasil penelitian menunjukan bahwa Gerkatin melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang dapat membantu kesetaraan penyandang disabilitas tunarungu. Gerkatinmewadahi
teman-teman penyandang disabilitas tunarungu agar mereka dapat mengembangkan
bakat, mendapatkan hak, dan mampu bersosialisasi dengan masyarakat normal lainnya.
Dengan melakukan kegiatan-kegiatan dalam membantu kesetaraan penyandang
disabilitas tunarungu, Gerkatin ingin mengedukasi masyarakat mengenai tuli serta
meluruskan pandangan masyarakat mengenai tuli.  
Selain itu, pemerintah dapat memahami kebutuhan tuli dalam bidang informasi
dan pendidikan agar tidak lagi mendiskriminasi bahasa isyarat, bahasa ibu tuli. Bahasa
yang seharusnya dapat berkembang setara dengan bahasa Indonesia. Dalam menjalankan
setiap kegiatannya Gerkatin memiliki hambatan, yang sering terjadi merupakan
hambatan eksternal kurangnya penerjemah atau juru isyarat. Sedangkan untuk hambatan
internal kurangnya pengurus aktif yang terlibat, membuat kegiatan yang akan dijalankan
terkadang tidak sesuai jadwal yang ditentukan.