;

Abstrak


Produksi kultural Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, kampung seni di Kampung Bumen Kota Yogyakarta


Oleh :
Shubuha Pilar Naredia - S251308016 - Sekolah Pascasarjana

Modernisasi hadir melanda kota sebagai arenanya, hal ini menjadikan budaya
pop turut mendominasi kebudayaan baru di Kota Yogyakarta. Kondisi tersebut
memicu tumbuhnya produksi kultural berupa kesenian, salah satunya berada di
Kampung Bumen dengan identitasnya sebagai Kampung Seni. Kampung Seni di
Kampung Bumen merupakan bentuk dari praktik Produksi Kultural di bidang
kesenian. Maka, penelitian ini berfokus pada Produksi Kultural Kampung Seni di
Kampung Bumen. Penelitian ini bertujuan menggambarkan Produksi Kultural
Kampung Seni di Kampung Bumen melalui teori Produksi Kultural Pierre Bourdieu.
Penelitian ini merupakan studi kasus tunggal. Data bersumber dari informasi
yang diperoleh langsung dari informan, studi pustaka, dokumen tertulis, arsip dan
data visual. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Pemilihan informan dipilih secara purposive berdasarkan klasifikasi
usia, kepengurusan organisasi, dan status sosial dalam masyarakat. Adapun
masyarakat sekitar di luar Kampung Bumen seperti pejabat/pegawai instansi
pemerintahan Kelurahan Purbayan maupun wisatawan dari masyarakat umum
dengan klasifikasi usia tua dan muda sebagai validitas data dengan teknik triangulasi
sumber. Data dianalisis dengan analisis model interaktif melalui reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produksi Kultural Kampung Seni di
Kampung Bumen dilakukan melalui hubungan antara aktor dan struktur yang
dijelaskan melalui habitus, modal, dan arena untuk menggambarkan perjuangan aktor
dalam memperoleh posisi pada ruang sosial. Arena Produksi Kultural dalam
penelitian ini adalah Kampung Seni di Kampung Bumen. Kesenian tradisional
berada dalam arena Kampung Seni di Kampung Bumen. Para aktor yang terdiri dari
kelompok Purba Budoyo, kelompok Purba Makuta, dan kelompok Purba Swara
dalam aktivitas seni mereka membentuk berbagai habitus. Kelompok Purba Budoyo
membentuk habitus nabuh, lakon, nari, ngrawit, pentas, nyeni. Sedangkan kelompok
Purba Makuta membentuk habitus nembang, pentas, dan nyeni. Sementara itu
kelompok Purba Swara membentuk habitus nembang, mbabar serat, pentas, dan
nyeni. Dengan modal berupa modal ekonomi, modal budaya, modal simbolik, dan
modal sosial, para aktor tersebut mereproduksi kesenian tradisional berupa srandul,
karawitan, tari-tarian tradisional kampung, ketoprak, sholawatan, dan macapatan
dalam berbagai pementasan kesenian tradisional di Kampung Bumen. Berbagai
modal tersebut dapat mendukung bahkan juga dapat menghambat pengelolaan
Kampung Seni di Kampung Bumen.
Kata kunci: Produksi Kultural, arena, habitus, modal, Kampung Seni, kesenian
tradisional.