Abstrak


Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe sfe (student facilitator and explaining) dengan pendekatan problem solving untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis lisan dan pemecahan masalah matematis pada siswa kelas x mia 2 sma mta Surakarta tahun pelajaran 2015/2016


Oleh :
Alif Rohma Nuryanto - K1311005 - Fak. KIP

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe SFE (Student Facilitator and Explaining) dengan pendekatan problem solving yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis lisan dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X MIA 2 SMA MTA Surakarta dan mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis lisan dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe SFE (Student Facilitator and Explaining) dengan pendekatan problem solving.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian terdiri dari 29 siswa kelas X SMA MTA MIA 2 Surakarta tahun akademik 2015/2016 di. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi waktu dan triangulasi sumber. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dengan masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe SFE (Student Facilitator and Explaining) dengan pendekatan problem solving yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis lisan dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah : 1 ) Kegiatan Pendahuluan: Pada kegiatan pendahuluan, guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai serta kriteria sukses kepada siswa pada awal pembelajaran. Guru melakukan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari agar siswa lebih mudah memahaminya. Kemudian guru memberikan motivasi akan pentingnya materi yang akan dipelajari. Setelah itu, guru menjelaskan strategi pembelajaran yang akan digunakan yaitu Student Facilitator and Explaining (SFE). 2) Kegiatan Inti: Pada kegiatan inti ini, guru menjelaskan secara garis besar materi. Setelah siswa paham, guru langsung membagikan kepada masing-masing siswa LKS yang berisi lembar kegiatan, masalah matematika dan petunjuk pengerjaannya. Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3-5 siswa dan memberikan tugas kepada masing-masing siswa disetiap kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan secara individu. Setelah siswa selesai mengerjakan permasalahan secara individu, guru menunjuk dua siswa pada masing-masing kelompok sebagai siswa 1 dan siswa 2 untuk menjelaskan materi berdasarkan vi
penyelesaian masalah yang telah diselesaikan sebelumnya secara bergantian. Untuk menanggapi penjelasan dari siswa yang menjelaskan, guru menunjuk dua siswa lainnya yaitu siswa 3 dan siswa 4 untuk mendengarkan dan memberikan tanggapan atau pertanyaan kepada siswa 1 dan siswa 2. Siswa 1 menjelaskan materi 1 dan siswa 2 menjelaskan materi 2 seperti yang tertera pada LKS. Siswa 3 dan siswa 4 mendengarkan penjelasan dari siswa 1 dan siswa 2 kemudian menanggapi atau bertanya apabila ada yang masih belum jelas. Pada saat pembelajaran, guru juga memandu jalannya diskusi dan memonitor kegiatan siswa. Setelah sesi penyampaian gagasan selesai, masing-masing siswa membaca LKS tersebut dan berdiskusi secara kelompok untuk menyelesaikan soal matematika yang ada pada LKS dengan pendekatan problem solving. Siswa menuliskan apa yang telah diketahui, apa yang tidak diketahui dari permasalahan dalam LKS itu serta strategi yang akan digunakan dalam menyelesaian masalah di LKS masing-masing. Siswa juga menuliskan penyelesaian masalah yang dianggap benar di LKS masing-masing. Pada saat siswa mengerjakan soal pada LKS, guru berkeliling untuk membantu siswa yang masih kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal pada LKS. Kemudian setelah sesi pengerjaan soal selesai, guru menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk mempresentasikan LKS nya, sedangkan kelompok yang lain diminta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan. 3) Penutup: Pada kegiatan penutup, bersama-sama dengan guru, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan kesulitan yang dialami dalam mengikuti pembelajaran tersebut, baik ketika proses belajar maupun mengerjakan soal pada LKS. Jika tidak ada yang bertanya, guru menunjuk langsung beberapa siswa yang dirasa belum paham untuk bertanya atau memberikan kesimpulan pembelajaran. Setelah itu, sebelum pembelajaran ditutup, guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Hasil observasi kemampuan komunikasi matematis lisan yang telah dilakukan berupa prosentase untuk masing-masing aktivitas yang diamati adalah: 1) aspek kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan mengalami peningkatan dari 0% pada prasiklus menjadi 8,25% pada siklus I dan menjadi 31,25% pada siklus II, 2) aspek kemampuan menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis secara lisan mengalami peningkatan dari 0% pada prasiklus menjadi 5,5% pada siklus I dan menjadi 30,5 % pada siklus II, 3) aspek kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi mengalami peningkatan dari 0% pada prasiklus menjadi 5,5% pada siklus I dan menjadi 47,5% pada siklus II. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis untuk siswa yang mencapai skor 10 mengalami peningkatan dari 0% pada prasiklus menjadi 14,81% pada siklus I dan menjadi 25,93% pada siklus II.
Kata Kunci : SFE, problem solving, kemampuan komunikasi matematis lisan, kemampuan pemecahan masalah matematis