Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jawaban atas rumusan masalah yakni: (1) Latar belakang keluarga dan pendidikan Soewardi Soerjaningrat; (2) Perjuangan Soewardi Soerjaningrat di bidang pers tahun 1912-1920; (3) Tindakan pemerintah kolonial melawan perjuangan Soewardi Soerjaningrat di bidang pers; (4) Dampak perjuangan Soewardi Soerjaningrat Perjuangan pers nasional. Sejalan dengan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode historis. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber primer dan skunder. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik pengumpulan data yang menggunakan studi pustaka dan teknik analisis data yang menggunakan analisis historis. Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalam metode historis adalah : (1) Heuristik; (2) Kritik; (3) Interpretasi; (4) Historiografi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Soewardi Soerjaningrat lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Latar belakang keluarganya adalah seorang bangsawan dari Pura Paku Alaman Jogjakarta. Ayahnya adalah Pangeran Soerjaningrat merupakan anak sulung dari Paku Alam III. Sedangkan pendidikan yang diperoleh Soewardi dimulai sejak masuk ke sekolah khusus untuk bangsawan dan kaum Belanda yakni ELS. Setelah selesai dari ELS, Soewardi melanjutkan ke sekolah guru yakni Kwekschool. Namun belum sampai tamat di Kwekschool, Soewardi pindah sekolah ke Stovia karena mendapat beasiswa; (2) Perjuangan Soewardi dalam bidang pers dimulai sejak menerbitkan brosur Als iks eens Nederlander was yang mendapat tindakan tegas dari pemerintah kolonial karena berisi tentang kritikan yang tajam namun halus. Karena tulisan itulah Soewardi beserta Cipto Mangoenkoesoemo dan Doiwes Dekker mendapat hukuman pengasingan ke Belanda oleh pemerintah. Di Belanda Soewardi masih meneruskan perjuangannya di bidang pers dengan mendirikan kantor berita Indonesisch Persbureau dan juga menjadi pemimpin majalah Hindia Poetera sampai waktu pengasingannya dicabut pemerintah. Setelah kembali ke tanah air Soewardi juga melakukan perjuangan yang sama dengan menjadi pemimpin dari tiga surat kabar yakni Poenggoegah, Persatoean Hindia dan De Beweging; (3) Karena tulisan Soewardi yang dianggap berbahaya, maka pemerintah kolonial melakukan penarikan semua surat kabar yang memuat tulisan tersebut serta menangkap orang yang dianggap bertanggung jawab, antara lain Soewardi dan Cipto Mangoenkoesoemo. Setelah berhasil ditangkap kemudian pemerintah memasukkan keduanya ke penjara. Tak lama setelah Soewardi dan Cipto masuk penjara, menyusullah Douwes Dekker sahabatnya ke dalam penjara karena melakukan perbuatan yang sama. Setelah ketiga tokoh tersebut di masukkan penjara, maka pemerintah menrubah hukuman terhadap mereka dari hukuman penjara diganti dengan hukuman ke luar daerah. Namun hal tersebut ditolak oleh ketiganya dan mereka memilih diasingkan ke luar negeri daripada ke luar daerah dan negara yang dipilah adalah Belanda; (4) Perjuangan Soewardi dalam bidang pers ternyata membawa dampak positif bagi perjuangan pers pribumi. Hal ini terbukti dengan berdirinya Persatoean Djoernalis Indonesia (PERDI) yang berfungsi sebagai pembela bagi wartawan pribumi yang terkena pers delic oleh pemerintah, dimana pada jaman Soewardi hal ini tidak pernah ada. Selain PERDI berdiri pula ANTARA yakni kantor berita pertama milik Indonesia. Pendirian kantor berita ini terdorong karena kaum pers menginginkan adanya gambaran tentang Indonesia yang sesungguhnya kepada dunia yang selama ini ditutup tutupi oleh pemerintah kolonial.