;

Abstrak


Dekonstruksi Pranata Erturang pada Perkawinan Semarga (Studi Kasus Masyarakat Karo Di Berastagi)


Oleh :
Novrasilofa S. - S701408007 - Sekolah Pascasarjana

ABSTRAK
Perkawinan semarga merupakan suatu bentuk penyimpangan dalam Suku Karo.
Perkawinan ini dilakukan oleh dua orang yang memiliki marga yang sama atau biasa
disebut erturang. Penyimpangan pernikahan ini sebagian besar dilakukan oleh kaum muda.
Fenomena yang semakin marak terjadi di kalangan generasi muda di Berastagi menarik
perhatian peneliti untuk mengetahui bagaimana pandangan generasi sekarang terhadap
konteks dan konsep erturang, bagaimana proses perkawinan semarga tersebut, dan
bagaimana implikasi dari perkawinan tersebut terhadap kehidupan sosial pasangan tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi
dan memfokuskan pada kajian fenomenologis. Lokasi penelitian ini dilakukan di Berastagi
tepatnya di beberapa kelurahan yang terdapat disekitar pusat Kota Berastagi, Kabupaten
Karo, Sumatera Utara. Subjek penelitian adalah 1 orang tokoh adat, 1 orang tokoh agama
gereja GBKP, 3 pasangan perkawinan semarga, dan 3 orang pemuda Karo dengan batas
usia 18-24 tahun, dan 1 orang masyarakat Karo. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan
dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumen tertulis.
Hasil peneltian menunjukkan bahwa pemahaman erturang pada sebagian besar generasi
muda Karo di Berastagi telah mengalami proses dekonstruksi. Mereka menganggap bahwa
konsep erturang sebelumnya sangat kaku dan terlalu mengekang sehingga perlu dilakukan
perubahan. Perubahan tersebut ternyata dianggap sebagai cara pengaplikasian konsep
erturang yang lebih baik karena mereka dapat lebih terbuka dengan turangnya. Perubahan
konteks erturang tersebut ternyata mengakibatkan perkembangan pelaku perkawinan
semarga di kalangan generasi muda Karo. Akibat dari perkawinan tersebut para pelaku
tidak mendapat hak dari adat Karo, tegun tiap-tiap pelaku menjadi rusak, dan kehidupan
sosial mereka berbeda dengan masyarakat pada umumnya karena mereka dianggap sebagai
pemberontak adat. Akibatnya mereka sering mendapat hinaan dan dijauhi oleh masyarakat.
Kata Kunci: Dekonstruksi, Erturang, Perkawinan Semarga, Generasi Muda Karo, Berastagi
ABSTRACT
Same-clan marriage is a form of deviation in Karo Tribe. This marriage is held by
two individuals with shared clan or usually called erturang. Such the deviating
marriage is held by Young generation. This widely occurring phenomenon among
Berastagi’s young generation makes the author interested in finding out the
current generation’s perspective on erturang context and concept, the process of
same-clan marriage, and the implication of such the marriage to the social life of
the couple. This study was a qualitative research using ethnographic approach
focusing on phenomenological study. This research was taken place in Berastagi,
exactly in some kelurahans (administrative villages) around Berastagi downtown,
Karo Regency, North Sumatera. The subject of research consisted of 1 customary
figure, 1 religion figure of GBKP church, 3 same-marriage couples, and 2 Karo
youths aged 18-24 years old and 1 Karo people. The data collection was carried
out using observation, interview, and written documentation study methods.
The result of research showed that most Karo young generations’ perception on
erturang in Berastagi had encountered deconstruction. They perceived that
erturang was formerly very rigid and too restraining thereby some reform was
(modification) required. Such the modification was in fact considered as the better
way of applying erturang because they could be more opened to their turang. The
change of erturang concept in fact led to the development of same-clan marriage
actors among Karo young generations. As the result of such the marriage, the
actors (those who held same-clan marriage) did not get the right from Karo
custom, tegun of individual actors was damaged, and their social life was different
from that of general society because they were considered as customary rebels. As
a result they were often insulted and the society took a distance from them.
Keywords: Deconstruction, Erturang, same-clan marriage, Karo Young
Generation, Berastagi.