Abstrak


Analisis dampak pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat – program pengembangan kecamatan (PNPM-PPK) di kabupaten Karanganyar


Oleh :
Sulis Prasetyo - - Fak. Ekonomi dan Bisnis

ABSTRAK Masalah kemiskinan dan keterbelakangan merupakan permasalahan pokok yang dihadapi di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Demikian seriusnya permasalahan kemiskinan untuk segera ditangani, membuat pemerintah berkonsentrasi penuh dalam usaha mencari solusinya. Salah satunya adalah dengan melaksanakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang kini telah berubah nama menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Program Pengembangan Kecamatan (PNPM–PPK). . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak PNPM – PPK dalam meningkatkan pendapatan peserta program; seberapa besar dapat menurunkan kemiskinan, serta mengetahui bagaimana efisiensi penyaluran program dan kelangsungan dananya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode survei yang dilakukan di 6 desa di 3 kecamatan, dengan jumlah respondennya sebanyak 93 orang. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan alat yang telah dibuat oleh Economic and Social Commision for Asian and Pasific (ESCAP). Ada 4 kategori yang menjadi penilaian, yaitu: income indicator, poverty reduction, efficiency in programme delivery, dan financial viability. Dalam penelitian ini program dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu program simpan pinjam kelompok perempuan (SPKP) yang digolongkan dalam program kerja mandiri dan program pembangunan sarana fisik yang digolongkan dalam program padat karya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah mengikuti program PNPM-PPK pendapatan peserta program kerja mandiri meningkat 29,75% untuk rumah tangga dan 33,86% untuk individu. Sedangkan pendapatan peserta program padat karya meningkat 12,38% untuk rumah tangga dan 8,88% untuk individu. Jumlah peserta program kerja mandiri dan program padat karya yang tergolong miskin menurun masing-masing 14,28% dan 6,91%. Efisiensi penyaluran program kerja mandiri sebesar 130,03%, sedangkan program padat karya 78,01%. Kelangsungan dana program kerja mandiri 121,95%, lebih tinggi dari prgoram padat karya yang hanya 59,17%. Skor keseluruhan untuk program kerja mandiri 54,385, sedangkan untuk program padat karya sebesar 28,544. Dengan melihat hasil penelitian di atas, bisa dikatakan program kerja mandiri lebih berhasil dalam menanggulangi kemiskinan di wilayah sampel dibanding program padat karya. Saran dari studi ini adalah supaya pengelola program harus lebih selektif dalam penyaluran program sehingga program menjadi lebih tepat sasaran dan benar-benar bermanfaat bagi kelompok miskin. Nilai swadaya masyarakat juga perlu ditingkatkan guna menjaga kelangsungan program Kata kunci: PNPM-PPK, ESCAP, Program Kerja Mandiri, Program Padat Karya, SPKP, income indicator, poverty reduction, efficiency in programme delivery, financial viability.