Abstrak


Istilah-istilah sesaji dalam tradisi julen giling tebu ptp nusantara ix pg Tasikmadu Kabupaten Karanganyar (kajian etnolinguistik)


Oleh :
Veris Doni Listyanto - C0112058 - Fak. Ilmu Budaya

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1) 

Bagaimanakah bentuk istilah sesaji yang terdapat dalam tradisi julen 

giling tebu PTP Nusantara IX PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar?; 2) 

Apakah makna leksikal dan makna kultural istilah sesaji dalam 

tradisi julen giling tebu PTP. Nusantara IX PG Tasikmadoe Kabupaten 

Karanganyar?; Tujuan penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan bentuk 

istilah sesaji dalam tradisi julen giling tebu PTP. Nusantara IX PG 

Tasikmadu Kabupaten Karanganyar; 2) Mendeskripsikan makna 

leksikal,makna gramatikal dan makna kultural istilah sesaji dalam 

tradisi julen giling tebu PTP. Nusantara IX PG Tasikmadu Kabupaten 

Karanganyar.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan 

data-data kebahasaan berdasarkan bentuk dan maknanya. Data 

penelitian ini berupa data lisan dari informan dan data tulis yang 

berasal dari buku-buku penunjang tentang tradisi julen. Pengumpulan 

data menggunakan metode simak dan metode cakap. Untuk menganalisis 

bentuk menggunakan metode distribusional dan metode padan untuk 

menganalis makna istilah-istilah sesaji dalam tradisi julen giling 

PTP Nusantara IX PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa 1) Bentuk istilah-

istilah sesaji dalam tradisi julen giling tebu PTP Nusantara IX PG 

Tasikmadu Kabupaten Karanganyar terdapat tiga bentuk yaitu bentuk 

monomorfemis yang berjumlah 30, yaitu ampo [ampo], ampyang [ampya?], 

arak [ara?], candu [candu], criping [cripIη], dhele [dh?le], jadah 

[jadah], jenang [j?naη], joli [j?li], kencur [k?ncUr], kendhi [k?nDi], 

kopi [k?pi], kunci [kunci], kunir [kunIr], lempeng [l?mp?η], lenga 

[l?η?], lombok [l?mb??], menyan [m?ñan], miri [miri], nanas [nanas], 

rante [rante], slindur [slindUr], srondeng [srond?η], suruh [surUh], 

takir [takIr] tepas [tepas], trasi [trasi], uyah [uyah], wajik 

[wajI?], wedhak [w?Da?], bentuk polimorfemis berjumlah 12, yaitu cok 

bakal [c?? bakal], gedhang ayu [g?Daη ayu], jajan pasar [jajan 

pasar], kembar mayang [k?mbar mayaη], klasa bangka [kl?s? b?ηk?], 

ngantenan [ηantenan], panjang ilang [panjaη ilaη], pengilon 

[p?ηil?n], sega asahan [s?g? asahan], sega golong [s?g? g?l?η], sega 

suci [s?g? suci], takir ponthang [takIr ponTaη], sedangkan yang 

berupa frasa berjumlah 7, yaitu endhas kebo [?nDas k?bo], jenang 

katul [j?naη katUl], kacang tholo [kacaη Tolo], ketan ireng [k?tan 

ir?η], sega thiwul [s?g? TiwUL], sekar setaman [s?kar s?taman], tebu 

wulung [t?bu wulUη ],. 2) Istilah-istilah sesaji dalam tradisi julen 

giling tebu PTP Nusantara IX PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar 

terdapat makna leksikal yaitu makna unsur-unsur bahasa sebagai 

lambang benda, peristiwa, lepas dari penggunaan atau konteksnya. 

Makna gramatikal yaitu makna yang terbentuk akibat bergabungnya 

unsur yang satu dengan yang lainnya dalam pelbagai tataran 

gramatikal. Makna kultural dalam tradisi julen diharapkan 

mendapatkan keselamatan, perlindungan, dan ketentraman.
Kata kunci : istilah-istilah sesaji, tradisi julen, etnolinguistik