ABSTRAK
Abstrak : Permukiman pada Lereng Gunung Merapi merupakan salah satu contoh permukiman di Indonesia yang berada pada daerah rawan bencana. Banyaknya masyarakat yang bermukim pada area tersebut menimbulkan banyak kerugian saat letusan terjadi. Pengetahuan karakteristik permukiman dapat membantu merumuskan mitigasi bencana yang bertujuan untuk mengurangi resiko bencana. Salah satu karakteristik permukiman yang dapat dilihat adalah pola persebaran permukiman yaitu susunan persebaran lokasi permukiman masyarakat. Pada setiap pola persebaran permukiman yang terbentuk disusun oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga pada penelitian ini betujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan pola persebaran permukiman. Metode yang digunakan untuk mengetahui pola persebaran adalah dengan menggunakan analisis tetangga terdekat. Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor terhadap pola persebaran adalah regresi. Hasil penelitan menunjukkan dari 40 desa di KRB II dan III, sebanyak 34 membentuk pola permukiman mengelompok. Sisanya sebanyak 6 desa membentuk permukiman menyebar. Berdasarkan hasil analisis regresi, dari 17 faktor bencana dan non bencana, hanya 4 faktor yang memberikan pengaruh dalam pembentukan pola permukiman di KRB II dan III. Faktor pengaruh non bencana terdiri dari faktor kelerengan dan faktor partisipasi kegiatan budaya terkait Merapi. Faktor bencana terdiri dari penggunaan sarana mitigasi dan pelatihan kegiatan penanggulangan bencana. Faktor kelerengan memberikan pengaruh yang signifikan yaitu sebesar 9.9%. Sedangkan faktor lainnya hanya memberikan pengaruh kecil, yaitu sebesar 1.4%-3,7%. Sehingga pada permukiman di KRB II dan III Gunung Merapi yang merupakan permukiman pedesaan rawan bencana yang pada umumnya memiliki permukiman mengelompok yang dipengaruhi oleh faktor kelerengan,kebudayaan terkait Merapi, penggunaan sarana mitigasi dan kegiatan pelatihan penanggulangan bencana.
Kata Kunci : Pola Permukiman, Faktor Pengaruh , Kawasan Rawan Bencana Merapi
