Abstrak


Mobilitas Budaya dalam Cerpen Kompas Karya Pengarang Perempuan: "Ketika Subaltern Berbicara"


Oleh :
Sri Kusumo Habsari - 196703231995122001 - Fak. Ilmu Budaya

Sekarang kita berada dalam era dimana batas bukan lagi suatu masalah. Teknologi komunikasi telah mengangkat semua batas dan arus informasi dengan mudah memasuki seluruh wilayah kehidupan bahkan dalam wilayah pribadi. Dampaknya tidak hanya bersifat sosial namun juga budaya. Individu bisa mengalami suatu mobilitas budaya tanpa mengalami mobilitas yang sifatnya fisik, seperti melakukan perjalanan dan tinggal untuk sementara waktu atau seterusnya lintas geografi. Media telah membuat masyarakat mengalami mobilitas budaya, karena adanya mobilitas ide yang masuk ke semua sudut wilayah melalui bacaan, tontonan ataupun internet. Mobilitas ide telah membuat individu melihat sesuatu dan memahami sesuatu dengan cara yang berbeda. Dan ketika mobilitas ide memasuki area seni, maka yang terjadi adalah mobilitas inovasi yang mendorong munculnya produktivitas yang secara kultural kelihatan unik dan berbeda dari adat kebiasaan yang sebelumnya. Artikel ini berusaha untuk mengamati mobilitas budaya yang tercermin pada beberapa tulisan para perempuan yang diterbitkan di harian kompas yang ditulis ulang pada blog yang beralamat http://cerpenkompas.wordpress.com/. Ada 4 pengarang perempuan yang karyanya diterbitkan oleh kompas dan ditulis kembali pada blog cerpenkompas. Mereka adalah Ratna Indraswari, Djenar Mahesa Ayu, Fransisca Dewi Ria Utari dan Ratih Kumala. Melalui pembacaan terhadap ke empat pengarang tersebut dapat ditarik sebuah garis besar bahwa mereka berbicara kepada pembacanya sebagai seorang subaltern, seorang perempuan, yang bukan kulit putih, yang mengalami perasaan terpinggirkan dalam arus mobilitas budaya.