Sejarah di kawasan Asia Timur khususnya Cina dan Jepang dari masa lampau hingga kini, menjadi kajian yang menarik. Pada masa lampau, Jepang berguru kepada Cina, namun di masa modern Cina berguru kepada Jepang. Dalam perkembangannya Jepang muncul menjadi negara industri maju.
Dengan reorganisasi Kuomintang yang berasaskan San Min Chu I, Sun Yat Sen berusaha untuk menyatukan seluruh Cina. Upaya ini diteruskan oleh Chiang Kai Shek, namun berakhir dengan terpecahnya Cina menjadi dua bagian, yakni Cina daratan (RRC-komunis) di bawah pimpinan Mao Tse Tung dan Cina lautan (Taiwan-nasionalis) di bawah pimpinan Chiang Kai Shek. Di masa Rekonstruksi dan Konsolidasi, RRC di bawah kepemimpinan Mao Tse Tung mencoba menerapkan pembangunan ala sosialisme, yang mengutamakan sektor pertanian. Pada Pelita I (1953-1957), RRC mengambil model pembangunan Uni Soviet. Selanjutnya, pada tahun 1958 Mao melaksanakan Lompat Jauh ke Depan. Namun hasilnya jauh di bawah standar yang diharapkan.
Dalam politik luar negeri, selama tiga dasa warsa RRC mengandalkan satu kekuatan negara adi kuasa dalam membendung pengaruh lawan. Mulai tahun 1980-an, RRC menerapkan politik "balancing force" dan lebih offensif. Pada tahun 1985, terjadilah normalisasi hubungan dagang langsung antara RRC - RI, yang ditandai dengan ditandatanganinya Memorandum of Understanding. Normalisasi hubungan dagang langsung kemudian disusul dengan normalisasi hubungan diplomatik RRC - RI. Selanjutnya, pada tahun 1990-an, muncul upaya pengeklaiman RRC atas Kepulauan Spartley.
Jepang, setelah Perang Dunia I terus berupaya menjadi bangsa yang besar dengan melakukan ekspansi. Di bawah pengaruh golongan zaibaisu dan militer, Jepang terus memperluas daerah kekuasaan. Jepang yang bercita-cita untuk membentuk Negara Asia Timur Raya, terlibat dalam Perang Pasifik (1941-1945). Perang Pasifik berakhir dengan kehancuran Jepang, dan selanjutnya Jepang berada dalam masa pendudukan Amerika Serikat. Pasca masa pendudukan Amerika Serikat, perekonomian Jepang bangkit kembali, dibarengi dengan terbentuknya Pasukan Bela Diri. Bahkan dengan gaya manajemen tersendiri, Jepang muncul menjadi negara raksasa ekonomi.
Hongkong yang semula dikenal sebagai "sarang penyamun, setelah berhasil diduduki Inggris berhasil dibangun menjadi pusat perdagangan dan industri. Selama puluhan tahun, Hongkong berada di bawah kekuasaan Inggris, yang memberikan surplus bagi Inggris. RRC yang memahami kedudukan Hongkong, mencoba untuk merebut kembali Hongkong dari tangan Inggris. Usaha RRC ini berhasil dengan baik, setelah ditandatangani Memorandum of Understanding antara Inggris - RRC tahun 1984. Akhirnya, pada tanggal 1 Juli 1997, Hongkong kembali ke pangkuan RRC. Satu prinsip pokok yang dilakukan RRC atas Hongkong, yakni Hongkong dijadikan Daerah Administrasi Khusus (Special Administrative Region), dengan diterapkannya one countrq two system. Tampaknya, upaya keberhasilan RRC dalam merebut kembali Hongkong akan diterapkan juga kepada Taiwan.
Korea yang dalam kajian sejarah Asia Timur kuno melekat dengan Cina dan Jepang, mulai awal abad ke-20 hingga Perang Dunia II diduduki Jepang. Nasib Korea pasca Perang Dunia II bukanlah menjadi negara yang merdeka dan bersatu, melainkan justru terpecah menjadi dua bagian, yakni Korea Utara dan Korea Selatan. Pada tahun 1950-1953 pecahlah Perang Korea, yang membawa dampak baik bagi bangsa Korea sendiri maupun bagi dunia intemasional.
Akhir kata, mudah-mudahan kajian ini bermanfat bagi para pembaca yang ingin mendalami sejarah kawasan Asia Timur, khususnya Cina, Jepang, Hongkong dan Korea. Kritik dan saran yang membangun, sangat penulis harapkan.