Abstrak


Identifikasi Perbedaan data Peta dari Proses Pemetaan Konvensional dan Pemetaan dengan SIG pada Skala Kelurahan : Studi Kasus Kelurahan Sewu dan Purwodiningratan


Oleh :
Rufia Andisetyana Putri - 198512132014042002 - Fak. Teknik

Abstrak

Perencanaan tata ruang membutuhkan data yang akurat agar memperoleh hasil yang sesuai dengan kondisi faktual. Data-data pada lingkup kota akan selalu membutuhkan dukungan dari lingkup data yang ada di bawahnya. Kelurahan sebagai birokrasi level terbawah di sebuah kota, menjadi ujung tombak keakuratan dan ketepatan data baik data fisik maupun non fisik. Pemanfaatan sistem informasi geografis (SIG) berperan penting dalam hal ini karena SIG mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Terkait dengan hal tersebut, studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan keakuratan data yang ditampilkan oleh peta skala kelurahan yang diperbaharui pembuatannya dengan sistem informasi geografis dan observasi lapangan yang juga melibatkan partisipasi masyarakat, terhadap peta sebelumnya yang dibuat secara  konvensional. Dengan menerapkan metoda studi kasus, studi ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah perbedaan yang cukup signifikan dalam keakuratan data peta lama dengan sistem pemetaan kovensional dan peta baru dengan SIG dan partisipasi masyarakat. Perbedaan akurasi data ini disebabkan oleh sulitnya melakukan proses pembaharuan data peta secara berkala yang melibatkan masyarakat, dengan pemetaan konvensional. Kesulitan pembaharuan data tersebut disebabkan antara lain karena sistem basis data peta kelurahan saat ini masih belum berbasis data digital.  Basis data digital, selain memberikan kedetailan informasi berdasarkan pada persil bangunan, sehingga tingkat keakuratan lebih tinggi, juga akan membuka kesempatan yang lebih besar bagi partisipasi masyarakat dalam proses pembaharuan peta tersebut.

 

Kata Kunci: partisipasi masyarakat, pemetaan, perencanaan skala kelurahan, pertumbuhan perkotaan,  SIG

 

Abstract

Spatial planning requires accurate data that capture factual conditions. Data at city scale needs to be supported by the lower scale data.  Kelurahan as the lowest level of bureaucracy is the core player to provide accurate physical and and non-physical data at the city scale. The utilization of geographic information systems (GIS) plays an important role in this case because GIS creates accessible information that has been processed and stored as attributes of a location or object. In this regard, this study aims to identify differences of data accuracy displayed by the Kelurahan scale map that was updated with geographic information systems and field observations which also involved community participation, with previous maps that were made conventionally. By applying the case study method, this study shows that there are a number of significant differences in the accuracy of old map data with conventional mapping systems and new maps with GIS and community participation. The difference in accuracy of data is caused by the difficulty to periodically updating the data, with conventional mapping. The difficulty of updating the data is caused partly because the map database system is not yet based on digital data. Digital database, besides providing detailed information based on building parcels, so that the level of accuracy is higher, will also open up greater opportunities for community participation in the process of updating the map.

 

Keywords: GIS, Map,neighborhood planning, participatory, urban growth