Abstrak
Penentuan pola produksi pada departemen spinning di PT. Kusumaputra Santosa
Oleh :
Meni Rudati - F3501513 - Fak. Ekonomi dan Bisnis
ABSTRAK
Penentuan pola produksi merupakan masalah yang penting, karena akan menjadi dasar dalam merencanakan kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja, bahan baku maupun fasilitas-fasilitas lainnya. Ada tiga macam pola produksi yaitu: pola produksi konstan, pola produksi bergelombang dan pola produksi moderat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengetahui pola produksi yang paling tepat digunakan pada departemen Spinning di PT. Kusumaputra Santosa, sehingga dapat meminimalkan biaya tambahan atau total incremental cost yang terendah. (b) Untuk mengetahui efisiensi pola produksi yang telah digunakan pada departemen Spinning di PT. Kusumaputra Santosa.
Penelitian ini dilakukan pada departemen Spinning di PT. Kusumaputra Santosa. Dalam menganalisis data agar sesuai dengan pokok permasalahan, maka dipergunakan analisis biaya tambahan atau analisis incremental cost yaitu pertimbangan biaya-biaya yang akan dikeluarkan bila menggunakan salah satu alternatif dari pola produksi yang konstan, bergelombang dan moderat. Adapun biaya tambahan tersebut seperti biaya simpan, biaya perputaran tenaga kerja, biaya lembur, dan biaya sub kontrak. Dalam hal ini penulis hanya menganalisis data perusahaan selama lima tahun terakhir yaitu dari tahun 1999 sampai tahun 2003 untuk jenis produk benang rayon carded saja.
Dari analisis yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.2 tentang penjualan benang rayon carded per triwulan tahun 2003. Pada triwulan I jumlah penjualan sebesar 251.344 bale, triwulan II jumlah penjualan sebesar 252.370 bale, triwulan III jumlah penjualan sebesar 251.431 bale, sedangkan pada triwulan IV jumlah penjualan sebesar 231.909 bale. Jadi jumlah penjualan tahun 2003 selama satu tahun sebesar 987.054 bale. Pada pola produksi konstan biaya simpan sebesar Rp5.070.390,- , biaya sub kontrak sebesar Rp 118.427.400,- , biaya perputaran tenaga kerja tidak ada karena produksi per triwulannya sama, dan biaya lembur sebesar Rp 104.815.200,-. Pada pola produksi bergelombang biaya simpan tidak ada karena sisa persediaan dalam setiap triwulannya tidak ada, biaya lembur sebesar Rp95.713.800,- , biaya perputaran tenaga kerja tidak ada karena kenaikan produksi dibawah 10.000 bale, dan biaya sub kontrak sebesar Rp 46.800,-. Sedangkan pada pola produksi moderat biaya simpan sebesar Rp 9.212.580,-, biaya lembur sebesar Rp 110.097.400,- , biaya perputaran tenaga kerja tidak ada karena kenaikan produksi untuk setiap triwulannya kurang dari 10.000 bale, dan biaya sub kontrak sebesar Rp 119.309.980,- .
Dengan melihat tabel 3.6, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pola produksi yang paling tepat untuk dilaksanakan pada departemen Spinning di PT. Kusumaputra Santosa adalah pola produksi bergelombang, dimana pola produksi ini menimbulkan biaya tambahan yang paling rendah yaitu sebesar Rp 95.760.600,- apabila dibandingkan dengan pola produksi konstan yaitu sebesar Rp 228.312.990,- ataupun dibandingkan dengan pola produksi moderat yang mempunyai tambahan biaya sebesar Rp119.309.980,-.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat disarankan sebagai berikut: (1) Sebaiknya dalam kegiatan berproduksi perusahaan perlu menentukan pola produksi yang paling tepat yaitu pola produksi bergelombang agar dapat memenuhi permintaan konsumen atau pasar yang berfluktuasi secara terus - menerus, (2) Dengan menggunakan pola produksi bergelombang, perusahaan dapat menekan biaya tambahan yang dikeluarkan, sehingga dapat meminimalkan biaya produksi. Maka pola produksi bergelombang yang telah digunakan di PT. Kusumaputra Santosa perlu dipertahankan untuk periode yang akan datang.