;

Abstrak


Risiko Kredit Dan Kebijakan Makroprudensial Perbankan Di Indonesia: Pendekatan Makro Stress- Testing (Periode 2009:Q1 – 2017:Q4)


Oleh :
Mahrus Lutfi Adi Kurniawan - S4216082006 - Sekolah Pascasarjana

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karateristik dari siklus kredit di Indonesia dan mengindenfikasi variabel-variabel makro yang dapat mempengaruhi resiko kredit pada perbankan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan  dua  analisis,  yaitu  analisis  siklus  bisnis  dan  siklus  kredit  di Indonesia dari tahun 2003 – 2017 dan analisis kebijakan makroprudensial dengan pendekatan metode stress testing. Metode yang digunakan dalam analisis siklus bisnis dan siklus kredit adalah frequency based filter analysis, sedangkan pada analisis   makro   stress   testing   dengan   pendekatan   vector   error   correction mechanism (VECM).
Kesimpulan pada hasil siklus bisnis dan siklus kredit adalah bahwa siklus kredit memiliki durasi ekspansi dan kontraksi lebih lama dibandingkan dengan siklus bisnisnya, yaitu durasi kontraksi siklus kredit sebesar 14 kuartal dan durasi ekspansi sebesar 18,5 kuartal sedangkan siklus bisnis memiliki durasi kontraksi sebesar 9 kuartal dan ekspansi sebesar 5,8 kuartal. Pada analisis makro stress testing menunjukkan bahwa variabel M1 dan kurs memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kenaikan NPL pada perbankan di Indonesia, hal tersebut dibuktikan  dengan  dinaikkan  standar  deviasi  membuat  respon  NPL  terhadap kedua variabel tersebut meningkat tajam. Sedangkan pada analisis scenario test menunjukkan, bahwa ambang atas untuk NPL adalah sebesar 3,94 dan ambang bawah sebesar 2,49.
Saran yang mungkin dapat dijadikan masukan adalah agar pemerintah dapat menekan impor, dan menciptakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi masyarakat, agar kondisi perekonomian domestik lebih kuat dalam mengahadapi tekanan global. Sejauh ini, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter  cukup  membuat  sektor  keuangan  tahan  terhadap  guncangan perekonomian domestik maupun guncangan global, otoritas moneter perlu meningkatkan  kredit  kepada  sektor  yang  produktif  agar  dapat  meningkatkan gairah perekonomian domestik.