Abstrak


Motif Pelabelan oleh Guru di SMA Negeri 2 Sukoharjo


Oleh :
Wieke Pratiwi Sekar Arum - K8414056 - Fak. KIP

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk (1) Menjelaskan motif pelabelan yang dilakukan guru terhadap peserta didik di SMA Negeri 2 Sukoharjo (2) Menjelaskan motif pelabelan yang bersumber dari guru terhadap peserta didik di SMA Negeri 2
Sukoharjo  dengan  menggunakan  teori  Labelling  Howard  S  Becker  mengenai kekuasaan dan wewenang.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: (1) Guru yang mengawali pelabelan kepada peserta didik (2) Guru yang sering melakukan pelabelan kepada peserta didik (3) Peserta didik yang mendapatkan pelabelan oleh guru (4) Teman sebaya peserta didik yang mendapatkan pelabelan (5) Guru BK. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur serta mendalam dan observasi. Teknik uji validitas data yang digunakan adalah trianggulasi sumber dan metode. Tahap teknik analisis data menggunakan teknik analisis data milik Creswell yaitu tahap mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis, membaca keseluruhan data, menganalisis lebih detail dengan meng-coding data, menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang, kategori-kategori dan tema-tema yang akan dianalisis, menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam narasi atau laporan kualitatif dan terakhir adalah dengan menginterpretasi atau memaknai data.
Hasil penelitian ini adalah, pelabelan yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 2 Sukoharjo mengandung motif kontrol sosial dan subjektivitas guru. Motif kontrol sosial berkaitan dengan pemberian label oleh guru yang bertujuan untuk membuat peserta didik jera dan tidak mengulangi tindakannya. Guru sengaja melabel peserta didik tersebut, membuatnya tidak nyaman dan malu hingga kemudian peserta didik itu merubah sikapnya. Sedangkan motif subjektivitas guru berkaitan dengan adanya pelabelan yang tidaklah sempurna karena dalam pengaplikasiannya terdapat perbedaan perlakuan. Pelabelan tidak diberikan kepada semua peserta didik yang melakukan tindakan yang dianggap melanggar, tetapi hanya diterapkan kepada peserta didik tertentu. Teori yang digunakan adalah teori Labelling milik Howard S. Becker mengenai kekuasaan dan wewenang. Dengan kekuasaannya guru dapat menentukan siapa dan label apa yang akan disematkan kepada peserta didiknya. Sedangkan wewenang membuat guru dapat membuat aturan, pemberi label dapat menentukan tindakan mana yang akan dianggap sebagai tindakan pelanggaran dan tindakan mana yang tidak dianggap sebagai tindakan melanggar.

Kata kunci: Pelabelan, Guru, Motif, Penyimpangan