;
Tradisi Perang Topat sebagai simbol kearifan lokal masyarakat hingga kini masih dilakukan oleh kedua penganut Hindu dan Islam Sasak di Desa Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Tujuan penelitian untuk menganalisis pemaknaan simbol-simbol dalam tradisi perang topat representasi integrasi sosial. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus ini. melakukan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung, wawancara mendalam dan dokumentasi. Informan terdiri dari informan kunci Kepala Desa Ligsar, Ketua Pura Lingsar dan Amangku Kemaliq Lingsar, sedangkan informan utama penganut Hindu dan Islam Sasak di Desa Lingsar dan informan pendukung dari panitia pelaksana, tamu undangan dan pengunjung upacara tradisi Perang Topat. Teknik analisis data menggunakan 4 kategori dari Robert E. Stake. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna normatif hubungan spiritual kedua penganut Hindu dan Islam Sasak sebagai simbol kerukunan serta toleransi antar agama dan budaya melalui kegiatan ritual mendaq, ngilahang kaoq dan beteteh atau ngelukar. Makna interaktif hubungan sosial kedua penganut melalui kegiatan nampah kaoq dan Perang Topat dimaknai sebagai simbol kebersamaan, persaudaraan, dan perdamaian. Tradisi Perang Topat sebagai kearifan lokal dan icon budaya daerah adalah aspek pendorong, sedangkan aspek penghambat adanya pengklaiman budaya sebagai milik sekelompok orang atau penganut dan dianggap sebagai bentuk perbuatan eksklusif.
Kata Kunci: integrasi sosial, representasi, pemaknaan, simbol-simbol, tradisi perang topat.