Abstrak


Representasi Nilai-Nilai Kapitalisme Dalam Iklan Meikarta (Analisis Semiotic Terhadap Nilai-Nilai Kapitalisme Dalam Iklan Apartemen Meikarta Versi “Aku Ingin Pindah Ke Meikarta ” Di Televisi Periode Agustus-Desember 2017)


Oleh :
Arief Fatkhurrahman - D0214015 - Fak. ISIP

Iklan memiliki peranan penting sebagai media produsen memasarkan produk – produknya. Melalui iklan, produsen mencoba menawarkan produknya sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Lippo Group melalui Meikarta mencoba menawarkan solusi hunian murah yang modern kepada masyarakat. Lippo Group memposisikan Meikarta sebagai sebuah solusi atas permasalahan hunian masyarakat di kota – kota besar seperti Jakarta. Namun dibalik kampanye iklan Meikarta, penulis menemukan bahwa iklan tersebut sarat dengan nilai – nilai kapitalisme, seperti adanya pembagian kelas, individualisme, dan adanya mekanisme pasar bebas yang direpresentasikan oleh iklan tersebut, sehingga menjadikan penulis tertarik untuk mengkajinya lebih mendalam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanda – tanda apa saja yang terdapat pada iklan Meikarta versi “Aku Ingin Pindah ke Meikarta” yang merepresentasikan nilai – nilai kapitalisme. Penelitian ini termasuk studi deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika milik Roland Barthes. Dalam penelitian ini penulis melakukan analisa data dengan melakukan pembedahan isi iklan Meikarta melalui tahapan denotasi dan konotasi terhadap iklan – iklan yang digunakan dan disertai teori pendukung seperti teori tentang paham kapitalisme dan teori representasi Stuart Hall untuk menambah nilai makna tersebut.

Hasil dari penelitian ini adalah iklan Meikarta versi “Aku Ingin Pindah ke Meikarta” merepresentasikan nilai – nilai kapitalisme, yaitu berupa adanya pembagian kelas antara menengah ke bawah dan kelas menengah atas dengan ditunjukkannya kepemilikan kendaraan dan eksklusivitas yang ditunjukkan oleh kelas menengah atas. Adanya mekanisme pasar bebas dalam iklan tersebut dengan ditunjukkannya pusat perbelanjaan mandiri di Meikarta serta adanya scene yang menunjukkan individualisme dengan ditunjukkannya penggambaran tindak kriminalitas tanpa ada orang lain yang membantu mencegah yang menjadi contoh kehidupan pada masyarakat perkotaan yang terkena dampak dari adanya paham kapitalisme.