;

Abstrak


Hubungan Kebugaran Kardiorespirasi, Indeks Massa Tubuh, dan Sindrom Metabolik pada Remaja


Oleh :
Abdullah Al-hazmy - A121608002 - Sekolah Pascasarjana

Abstrak

Pendahuluan: Prevalensi obesitas pada masa anak-anak dan remaja adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama dan telah meningkat secara drastis selama beberapa dekade terakhir. Perhatian besar diperlukan karena hal ini terkait erat dengan beberapa penyakit tidak menular (non-communicable disease) dan sindrom  metabolik.  Tujuan  dari  studi  ini  adalah  untuk  menyelidiki  hubungan antara indeks massa tubuh dan kebugaran kardiorespirasi terhadap prevalensi sindrom metabolik pada remaja.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik. Sampel penelitian adalah remaja usia 16-17 tahun yang berjumlah 44 orang (22 laki-laki dan 22 perempuan). Pada sampel dilakukan penghitungan indeks massa tubuh   melalui pengukuran tinggi dan berat badan, dilakukan pengukuran tingkat kebugaran kardiorespirasi (VO2max) dengan Multistage Fitness Test (MFT), dan risiko sindrom metabolik melalui pengukuran lingkar perut, tekanan darah, trigliserid, HDL-kolesterol, dan gula darah puasa. Hasil seluruh pengukuran yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan regresi logistik dengan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 22.

Hasil dan Pembahasan: Hasil penelitian uji simultan menunjukkan bahwa indeks massa tubuh dan kebugaran kardiorespirasi keduanya berpengaruh signifikan terhadap  risiko  sindrom  metabolik  (p=0.000).  Melalui  uji  parsial,  hubungan indeks   massa   tubuh   terhadap   sindrom   metabolik   berpengaruh   signifikan (p=0.000), namun hubungan kebugaran kardioresparasi terhadap sindrom metabolik ternyata berpengaruh tidak signifikan (p=0.451). Semakin tinggi IMT, maka kecenderungan untuk menderita sindrom metabolik 1.746 kali lipat dibandingkan  tidak  menderita  sindrom  metabolik.  Pada  keadaan  tidak  bugar, maka kecenderungan untuk menderita sindrom metabolik 4.283 kali lipat dibandingkan keadaan bugar. Kondisi kardiorespirasi yang tidak bugar dan indeks masa tubuh yang tinggi semakin berpengaruh lebih tinggi terhadap prevalensi sindrom metabolik. Model regresi logistik ini cukup baik karena dapat memprediksi dengan benar 72.7 % kondisi yang terjadi.

Kesimpulan: Peneltian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kebugaran kardiorespirasi dengan sindrom metabolik dan hubungan positif antara indeks massa tubuh dengan sindrom metabolik pada remaja, dimana hubungan indeks massa tubuh lebih besar dibandingkan kebugaran kardiorespirasi.

Kata Kunci : Indeks massa tubuh, kebugaran kardiorespirasi, sindrom metabolik, remaja