Abstrak
Aspek tematis dalam geguritan karya Handoyo Wibowo (Oei Tjhian Hwat) (analisis struktur dan semiotik)
Oleh :
Bernadeta Loy Setianingrum - C0100005 - Fak. Sastra dan Seni Rupa
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Aspek Tematis dalam Geguritan Karya Handoyo Wibowo (Oei Tjhian Hwat) (Analisis struktur dan Semiotik). Penelitian terhadap geguritan karya Handoyo Wibowo tersebut didasari oleh beberapa pertimbangan yakni karena nama Handoyo Wibowo telah tercatat dalam MURI (Museum Rekor Indonesia). Handoyo Wibowo telah berhasil membuat buku antalogi puisi serta kandungan isi dari geguritan yang cukup menarik dan mendidik. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : bagaimanakah proses kreatif kepengarangan Handoyo Wibowo? Bagaimanakah struktur fisik dan struktur batin dari ketujuh geguritan karya Handoyo Wibowo yang berjudul Kapacu, Ngrasani,Ca Tuk Lan Kemangi,Tentrem, Mbok e dan Perduli serta bagaimanakah aspek tematis yang terkandung didalamnya?
Teori yang digunakan dalam peenelitian ini adalah teori pendekatan struktural yang dikemukakan oleh Riffaterre, yang meliputi tiga hal yaitu penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning) dan penciptaan arti (creating of meaning). Pendekatan struktural tersebut untuk menganalisis struktur fisik geguritan, sedangkan untuk menganalisis struktur batin geguritan mengggunakan teori yang dikemukakan oleh Rene Wellek & Austin Warren yang meliputi unsur citraan, simbol, mitos dan tema.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Prosedur penelitian terdiri dari teknik-teknik yang merupakan langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam mengadakan penelitian. Teknik-teknik penelitian ini adalah sebagai berikut, (1) teknik pengumpulan data yang meliputi : studi pustaka , wawancara yang dilakukan dengan pembuat geguritan yaitu Handoyo Wibowo dan observasi. (2) Teknik analisis data. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis sesuai dengan pendekatan yang telah dikemukakan di atas. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif. Teknik interaktif merupakan penelitian yang bergerak diantara tiga komponen, yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. (3) Teknik penarikan kesimpulan dengan menggunakan teknik penarikan kesimpulan induktif yaitu dengan menjabarkan pengetahuan yang bersifat khusus dan selanjutnya manjabarkan atau membahas yang bersifat umum.
Penelitian ini dilaksanakan agar dapat mendeskripsikan dan menjelaskan : (1) Proses kreatif kepengarangan Handoyo Wibowo. Pada proses kreatifitas kepengaran Handoyo Wibowo, setelah penulis melakukan wawancara, beliau tidak menggunakan hipogram pada karya-karyanya. Semua karyanya diciptakan secara langsung pada saat ia memikirkan atau merasakan sesuatu. Kesibukan Handoyo Wibowo yang padat tidak menghalanginya untuk terus berkarya dengan harapan-harapan agar sastra Jawa, khususnya geguritan tidak ditinggalkan oleh masyarakat khususnya generasi muda.(2) Struktur fisik geguritan dengan mengacu pada pendapat Riffaterre yang meliputi penggantian arti (displacing of meaning), antara lain metafora, metonimi, simile dan personifikasi. Dalam ketujuh geguritan Handoyo Wibowo hanya metafora dan metonimi saja yang bisa ditemukan pada bait-bait puisi, simile dan personifikasi tidak ditemukan. Penyimpangan arti (distorting of meaning), meliputi ambiguitas, kontradiksi dan nonsense. Penggunaan ambiguitas, kontradiksi dan nonsense terdapat pada bait-bait dari ketujuh geguritan. Penciptaan arti (creating of meaning), meliputi simetri, rima, homologues, enjambemen dan tipografi. Ketujuh geguritan Handoyo Wibowo mempunyai keseimbangan simetri. Rima yang digunakan adalah rima terus, rima bersilang dan rima putus. Selain itu penulis juga meneliti rima bait, rima antar bait, rima dalam larik dan rima yang berpadu dengan periodus. Homologues dalam geguritan merupakan keseluruhan aspek tanda dalam analisis semiotik, juga aspek yang membangun makna yang hendak diungkapkan oleh penyair.Tipografi disini membedakan antara prosa dan puisi. Enjambemen bertujuan agar memudahkan pembaca dalam memahami makna serta untuk mencapai satu kesatuan makna dalam tiap kelompok kata pada tiap barisnya. Struktur batin geguritan yang mengacu pada pendapat Rene Wellek & Austin Werren. Struktur batin puisi seperti yang dikatakan oleh Rene Wellek & Austin Werren adalah unsur-unsur yang membangun sebuah puisi. Unsur-unsur tersebut begitu padu sehingga mampu membangun makna secara totalitas. Unsur-unsur tersebut adalah citra, simbol, mitos dan tema. Unsur citraan yang digunakan meliputi citraan penglihatan (visual imagery), citraan pendengaran (auditory imagery), citraan rabaan (factile/thermal imagery), penciuman (olfactory imagery) dan citraan gerak (movement imagery). (3) aspek tematis yang terdapat dalam ketujuh geguritan Handoyo Wibowo yang meliputi 2 tema yaitu hakikat cinta dan hakikat kehidupan yang berisikan ajaran moral. Hakikat cinta yang terdapat dalam empat geguritan Handoyo Wibowo antara lain : Kapacu, Ca tuk lan, Kemangi dan Mbok e, menggambarkan perasaan jatuh cinta atau ketertarikan antara lawan jenis, juga perasaan rindu yang dialami saat manusia merasakan apa itu yang namanya cinta. Sedangkan geguritan yang bertemakan hakikat kehidupan adalah geguritan Ngrasani, Tentrem dan Perduli, yang berisikan ajaran moral bagi manusia untuk senantiasa bersikap eling dan baik terhadap sesama manusia.
Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa pendapat yang dikemukakan oleh Riffaterre tidak sepenuhnya benar, karena dalam menciptakan suatu karya sastra, khususnya puisi, seorang penyair tidak selalu menggunakan hipogram atau adanya latar belakang penciptaan dari teks lain. Ini terbukti dengan karya-karya Handoyo Wibowo yang tidak menggunakan hipogram, karena beliau menciptakan suatu puisi atau geguritan langsung pada saat ia melihat atau merasakan sesuatu.
Penerapan penelitian yang menggunakan pendekatan struktural dan semiotik ini diharapkan dapat menambah pemahaman terhadap karya sastra, khususnya geguritan. Penulis berharap pula agar hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan secara praktis untuk memperkenalkan keberadaan puisi Jawa atau geguritan pada saat ini kepada masyarakat.