Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan (1) aspek stilistika yang terdapat pada kumpulan geguritan Aja Nganti Kamanungsan karya Suksmawan Yant Mujiyanto; (2) nilai pendidikan yang terdapat pada kumpulan geguritan Aja Nganti Kamanungsan karya Suksmawan Yant Mujiyanto; (3) relevansi kumpulan geguritan Aja Nganti Kamanungsan karya Suksmawan Yant Mujiyanto sebagai materi ajar Bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas kelas XII.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Oleh karena itu, metode penelitiannya adalah kualitatif deskriptif. Pendekatan yang digunakan yaitu stilistika. Data dan sumber data pada penelitian ini adalah dokumen dan informan dengan dokumen berupa kumpulan geguritan Aja Nganti Kamanungsan karya Suksmawan Yant Mujiyanto dan informan dari siswa kelas XII, guru bahasa Jawa, ahli sastra dan pengarang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan analisis dokumen/isi dan wawancara. Teknik pengambilan subjek penelitian dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disebut purposive sampling. Teknik uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan teori. Sementara itu, teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kumpulan geguritan Aja Nganti Kamanungsan karya Suksmawan Yant Mujiyanto memiliki beberapa aspek stilistika dan nilai pendidikan yang dapat diterapkan sebagai materi ajar bahasa Jawa di SMA kelas XII. Aspek stilistika yang dimaksud diantaranya adalah gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat, bahasa figuratif (pemajasan), dan citraan. Adapun nilai pendidikan yang dimaksud yaitu nilai pendidikan agama, moral, dan sosial. Dari kelima aspek stilistika di atas, gaya bunyi khususnya asonansi memiliki dominasi paling tinggi pada kumpulan geguritan Aja Nganti Kamanungsan. Nilai pendidikan yang paling banyak muncul pada kumpulan geguritan tersebut adalah nilai pendidikan moral. Kumpulan geguritan Aja Nganti Kamanungsan yang relevan sebagai materi ajar di SMA kelas XII diharapkan tidak hanya berguna di pendidikan formal, melainkan juga bermanfaat pada pendidikan informal seperti di masyarakat dengan cara menerapkan nilai-nilai pendidikan pada kehidupan sehari-hari.