Abstrak


Pola Komunikasi Interpersonal dalam Pembentukan Kembali Konsep Diri (Studi Kualitatif Pola Komunikasi Pendamping Yayasan Sahabat Kapas dan Klien Anak di Lapas Klas IIB Klaten dalam Pembentukan Kembali Konsep Diri)


Oleh :
Ika Dhamayanti - D0213050 - Fak. ISIP

ABSTRAK

Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak-anak mengalami peningkatan setiap tahunnya di Indonesia, termasuk di wilayah Karisidenan Surakarta dimana Kabupaten Klaten menepati urutan teratas jumlah kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH). Konsep diri negatif menjadi salah satu faktor yang membuat anak-anak melakukan pelanggaran hukum. Kehidupan di dalam penjara umum  dapat menimbulkan stress dan depresi sehingga dikhawatirkan akan memperburuk kondisi anak terutama psikologis mereka. Namun dengan hadirnya yayasan Sahabat Kapas melalui program pendampingan, ingin merehabilitasi konsep diri klien anak yang cenderung negatif menjadi positif. Komunikasi intensif diperlukan dalam proses ini, sesuai teori interaksi simbolik yang menjelaskan gejala looking glass self, yaitu dengan berkomunikasi, seseorang dapat memahami dirinya sendiri karena ia dapat menilai dirinya melalui pandangan orang lain tentang dirinya.  Hal ini memungkinkan ia akan merubah sikap dan perilakunya di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan konsep diri yang ia miliki.  
Penelitian ini dilakukan di Lapas Klas IIB Klaten dengan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah wawancara mendalam, observasi dan data kepustakaan. Sampel diambil melalui metode purposive sampling. Sedangkan untuk  analisis data, peneliti menggunakan analisis interaksi Miles dan Huberman dengan tahapan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Kemudian untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan triangulasi sumber.
Penelitian ini berkesimpulan bahwa: (1) Setelah mendapatkan pendampingan, terjadi perubahan konsep diri pada Klien Anak yang awalnya cenderung negatif menjadi cenderung positif. (2) Komunikasi memiliki peran terhadap perkembangan konsep diri seseorang, adapun pola komunikasi yang terbentuk dalam proses pendampingan, cenderung mendekati pola komunikasi sirkular, dimana proses komunikasi berjalan terus menerus karena adannya umpan balik antara komunikator dan komunikan, sehingga pola komunikasi sirkular dirasa tepat menjabarkan pola komunikasi antara pendamping dan klien anak. (3) Terdapat gejala looking glass self dalam proses pembentukan kembali konsep diri, yang menjelaskan bahwa Klien Anak membentuk konsep diri kembali mereka melalui hasil penilaian dan evaluasi dari pandangan pendamping terhadap dirinya sendiri
Kata Kunci: Pola Komunikasi, Konsep Diri, Looking Glass Self