Abstrak
Pemakaian imperatif Bahasa Indonesia oleh guru taman kanak-kanak dalam proses belajar-mengajar
Oleh :
Sulistiyawati - C0298054 - Fak. Sastra dan Seni Rupa
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah 1. Menjelaskan wujud pemakaian imperatif bahasa Indonesia, 2. Menjelaskan pemakaian wujud nonimperatif bahasa Indonesia, 3. Menjelaskan kekhasan pemakaian imperatif bahasa Indonesia, serta 4. Menjelaskan prosentase pemakaian imperatif bahasa Indonesia oleh guru taman kanak-kanak dalam proses belajar-mengajar.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena data yang diambil berupa tuturan-tuturan lisan, bukan angka. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari tuturan lisan yang mengandung makna atau maksud pragmatik imperatif bahasa Indonesia yang dituturkan oleh para guru kelas B pada proses belajar-mengajar. Alasan diambilnya guru kelas B menjadi sumber data karena mereka dominan menggunakan bahasa Indonesia pada saat mengajar, sedangkan guru yang mengajar di kelas A dominan menggunakan bahasa Jawa.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan tuturan lisan bahasa Indonesia yang didalamnya terkandung makna atau maksud pragmatik imperatif yang dituturkan para guru kelas B saat mengajar. Sampel dalam penelitian ini adalah tuturan lisan dalam bahasa Indonesia yang mengandung makna atau maksud pragmatik imperatif yang dituturkan oleh guru kelas B yang terekam dalam 14 pita kaset serta yang tercatat dalam kartu data.
Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data yang diambil hanyalah tuturan guru kelas B yang mengajar dalam kelas saja, sedangkan tuturan yang dituturkan guru saat pelajaran di luar kelas meskipun tuturan itu mengandung makna atau maksud pragmatik imperatif tetap tidak diambil sebagai data. Hal ini karena peneliti mengalami kesulitan secara teknis untuk mengadakan perekaman dan pencatatan.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari dialog dan atau transdialog. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa data yang disisipi kosakata dari beberapa bahasa dan dialek. Data-data tersebut tetap diambil sebagai data asal tidak menimbulkan makna atau maksud pragmatik imperatif yang lain.
Teknik pengumpul data yang peneliti pergunakan dalam penelitian ini adalah teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam digunakan untuk merekam tuturan yang terjadi saat pelajaran berlangsung di dalam kelas, sedangkan teknik catat digunakan untuk mencatat tuturan guru yang peneliti fokuskan pada tuturan yang mengandung makna atau maksud pragmatik imperatif saja. Selain itu, digunakan pula untuk mencatat tanggapan dari mitra tutur yang digunakan sebagai konteks.
Triangulasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik pengumpul data. Kedua teknik pengumpul data tersebut peneliti pergunakan bersama-sama agar saling mengisi, saling melengkapi, serta saling mendukung sehingga data benar-benar valid. Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kontekstual. Metode kontekstual merupakan metode untuk menganalisis data dengan cara mengkaitkan tuturan dengan konteksnya.
Dari analisis data, ditemukan 15 wujud imperatif dan 16 wujud nonimperatif. Wujud nonimperatif menggunakan dua bentuk yaitu bentuk deklaratif sebanyak 11 wujud, serta bentuk interogatif sebanyak 5 wujud. Pemanfaatan wujud imperatif dapat diidentifikasi melalui tiga hal yaitu intonasi guru, isyarat para linguistik, pembubuhan penanda kesantunan dan pembubuhan kata-kata tertentu. Wujud nonimperatif dapat diidentifikasi melalui dua hal yaitu kebiasaan guru menuturkan nonimperatif tersebut serta munculnya isyarat para linguistik tertentu.
Dari pemanfaatan kedua wujud tersebut terdapat kekhasan yang cukup menonjol yaitu kekhasan repetisi, kekhasan aliterasi, kekhasan jenis-jenis kontrol imperatif, kekhasan berupa kode, serta kekhasan isyarat para linguistik.
Dari pemanfaatan kedua wujud tersebut diperoleh prosentase wujud imperatif sebesar 64,33%, bentuk deklaratif 27,67%, dan bentuk interogatif sebesar 8%. Dominannya wujud imperatif dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan kemampuan kognitif anak didik yang masih mengalami kesulitan dalam menafsirkan makna atau maksud pragmatik yang dituturkan oleh guru, tindakan itu dilakukan agar proses pembelajaran berlangsung dengan lancar. Pemanfaatan kedua bentuk tersebut selain berfungsi sebagai bentuk kesantunan guru dalam bertutur, ternyata juga berfungsi sebagai bentuk modifikasi tutur sehingga siswa tidak menjadi bosan.