Abstrak


Analisis Feminis Liberal dalam Partisipasi Siswa Perempuan pada Organisasi Siswa Intra Sekolah (Penelitian Khusus OSIS SMAN 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017)


Oleh :
Alifa Tulkhamiya - K8413004 - Fak. KIP

Abstrak

Tujuan  penelitian  ini  adalah  (1)  Untuk melihat  pengalaman  partisipasi perempuan dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), (2) Untuk menganalisis partisipasi siswa perempuan dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan menggunakan Feminis Liberal.
Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi, tujuan fenomenologi adalah memahami perempuan dari perspektif perempuan itu sendiri. Sumber data dari penelitian ini yaitu (1) informan, yaitu siswa perempuan, wakasek kesiswaan, dan ketua OSIS, (2) dokumen OSIS, yaitu berupa struktur pengurus OSIS tahun ajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, (1) wawancara mendalam, (2) observasi. Teknik uji validitas data yang digunakan adalah triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model analisis interaktif yang memiliki tahapan pertama reduksi data, kedua sajian data, dan ketiga kesimpulan data.
Hasil penelitian ini adalah, bahwa pengalaman para siswa perempuan di dalam OSIS adalah sebagai salah satu masuknya perempuan ke ruang publik. Namun di dalamnya mereka tidak lepas dari hambatan budaya patriakal. Budaya patriakal menekan mereka untuk menjadi perempuan yang feminim. Dengan begitulah mereka akan dianggap sebagai perempuan yang baik. Masyarakat tidak akan membiarkan para siswa perempuan tidak menjadi feminim. Sebagai akibatnya, munculah aturan untuk para siswa perempuan seperti batasan jam pulang ataupun adanya beban rumah tangga. Dalam analisa feminis liberal adanya peran feminim yang diperankan perempuan tidak lain disebabkan oleh anggapan sebuah ‘kebaikan’ oleh masyarakat patriakal bagi para perempuan. ‘Kebaikan’ ini membentuk peran-peran yang membuat para siswa perempuan menjadi feminim. Peran-peran ini perlu dilakukan oleh siswa perempuan, yang juga membuat para siswa perempuan tidak sadar akan haknya dalam berpartisipasi di OSIS seperti hak untuk menempati posisi teratas misalnya. Ketidaksadaran akan haknya ini mereka   tidak   mendapatkan   kesempatan   untuk   mengembangkan   kapasitas nalarnya. Dimana, dalam pandangan feminis liberal kesetaraan akan tercapai jika laki-laki dan perempuan mendapatkan hak dan kesempatan yang sama. Karena hak dan kesempatan yang sama itulah, memberikan juga kesempatan untuk mengembangkan nalar mereka untuk mengembangkan diri. Namun, ‘kebaikan’ yang dibangun masyarakat membuat siswa perempuan tidak mendapatkan hak dan kesempatan untuk melakukan peran yang mereka pilih karena akan dianggap ‘tidak  baik’.  Dengan  begitulah,  para  siswa  perempuan  tidak  mendapatkan kesetaraannya di dalam OSIS.

Kata Kunci : feminis liberal, OSIS, pengalaman perempuan