ABSTRAK
Latar Belakang: Saat ini Indonesia melaksanakan dua sistem pembayaran dalam pelayanan kesehatan. Pembayaran pelayanan kesehatan oleh BPJS ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dilakukan dengan sistem pembayaran INA-CBGs. Sistem INA-CBGs dinilai cost effective dan meningkatkan efisiensi rumah sakit. Namun dalam pelaksanaannya sistem INA-CBGs ini dirasa menyulitkan dan merugikan pihak rumah sakit. Selain itu pasien merasa tidak puas dengan pelayanan dari sistem BPJS ini. Disisi lain, Indonesia masih menerapkan sistem pembayaran langsung. Sistem ini mengakibatkan ekspektasi pasien terhadap provider meningkat sehingga akan memengaruhi pada dimensi kualitas pelayanan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas pelayanan rawat jalan berdasarkan perspektif pasien antara sistem pembayaran langsung dan INA-CBGs di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden diambil secara consecutive dengan teknik quota sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel berjumlah 110 pasien. Kualitas pelayanan dari perspektif pasien yang dinilai menggunakan skoring Quality Impact (QI) sebagai variabel dependen dan sistem sebagai variabel independen. Kemudian, keduanya dianalisis menggunakan uji Mann - Whitney.
Hasil: Uji Mann – Whitney memberikan hasil bahwa kualitas pelayanan berdasarkan perspektif pasien antara sistem pembayaran langsung dan INA-CBGs tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,199) dengan rerata nilai Quality Impact (QI) adalah 8,8435 yang bernilai cukup baik.
Simpulan: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas pelayanan berdasarkan perspektif pasien antara sistem pembayaran langsung dan INA-CBGs di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Kata Kunci: kualitas pelayanan berdasarkan perspektif pasien, pembayaran langsung, INA-CBGs